Sukses

Sudut Pagi di Semarang, Antara Jembatan Mberok dan Soto Bokoran

Menyambut pagi di Kota Lama Semarang, melewati Jembatan Mberok menuju penjual Soto Bokoran, seolah menyusuri jejak kemegahan masa lalu.

 Jadilah saksi sejarah, catatlah wajah kotamu
berubah bentuk berubah citra hasil kerja seniman besar
Kanjengan didobrak menjadi pasar
Rumah setan hancur lebur dibongkar
Bangsal Kabupatenmu, yang dibuang di Bukit Talang
hancur berantakan dihempas angin kencang.

Liputan6.com, Semarang - (Jembatan Mberok, Djawahir Muhammad, 1979)

Bagi warga Semarang, Kali Mberok mampu menghadirkan kenangan. Bukan hanya kenangan personal, tapi juga kenangan kolektif yang menjadi saksi perkembangan peradaban kota Semarang.

Di atas kali itu terdapat Jembatan Mberok, sebuah gerbang masuk ke kawasan Kota Lama Semarang. Jembatan itu pernah menjadi poros ekonomi Semarang karena menghubungkan Kota Lama yang dipagari dengan benteng berbentuk segi lima -Benteng Vijfhoek- dengan bagian kota yang lain.

Setelah benteng itu dibongkar pada 1842, jembatan yang terletak pada Gerbang Barat (Gouvernementsport) itu tetap dibiarkan berdiri.

Gerbang barat merupakan salah satu dari gerbang benteng Kota Lama, selain gerbang selatan atau de Zuider Port (di mulut Jl. Suari) dan gerbang Timur atau Oost port (Jl. Raden Patah).

Jembatan Berok sempat bernama Gouvernementsbrug lalu diganti dengan Sociteisbrug. Nama Berok berasal dari pelafalan bahasa Belanda Brug -berarti jembatan- oleh pribumi. Bentuk kolom pada jembatan ini sudah beberapa kali diubah.

Refleksi langit dan lampu di polder depan stasiun tawang akan memanjakan mata pengunjung. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Meski bukan merupakan tempat melancong bagi para wisatawan, keberadaan Kali Mberok tidak bisa dipisahkan begitu saja dari tempat yang menarik seperti Kawasan Kota Lama, Masjid Besar Kauman, Masjid Menara Jalan Layur, Pasar Johar, Pecinan, dan Stasiun Tawang.

Melewati Jembatan Mberok di pagi hari sebelum subuh, kita akan disuguhi kesibukan di Stasiun Tawang. Berada di seberang Stasiun Tawang dan memandang ke arah stasiun, bola mata kita akan terbuai oleh refleksi cahaya lampu dan langit yang mulai terang, di permukaan air polder Tawang. Sebuah kolam pengendali rob di Kota Lama Semarang.

2 dari 2 halaman

Sejarah Pergerakan Indonesia

Bagi penyuka sejarah, berjalan kaki menyusuri Kota Lama Semarang di pagi hari akan membangkitkan rasa penasaran dan romantisme masa lalu. Nyaris seluruh perkembangan peradaban kota diawali dari Kota Lama ini. Namun, banyak gedung-gedung yang karena tak diketahui pemiliknya, akhirnya menjadi merana.

Sejarah yang ada bukan melulu perkembangan dan dinamika kota, tetapi juga berkaitan dengan pergerakan negeri ini. Baik pergerakan kaum kiri maupun kaum kanan, bersinggungan di Kota Lama Semarang.

Salah seorang kawan bahkan pernah terinspirasi membuat dialog imajiner pertemuan dua tokoh pergerakan. Yakni Henk Sneevliet, peletak dasar komunisme Indonesia, dan Semaun sang pendiri Sarikat Islam.

Soto Bokoran. Satu-satunya warung yang menjual salah satu varian soto semarang yang lezat. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Usai menyusuri Kota Lama, lapar yang menyapa bisa dilenyapkan dengan menyantap sarapan Soto Bokoran. Soto itu sangat berbeda dengan soto lain pada umumnya. Kuahnya berwarna keruh kecoklatan. Sebagai pendamping, ada sate jeroan tersedia.

Inilah satu-satunya soto Semarang yang memiliki ciri khas. Ciri khasnya mampu mempertahankan panjangnya antrean pembeli di depan warung hampir setiap hari.

Semangkok soto Bokoran akan menjaga semangat do pagi hari. (foto : Liputan6.com /edhie prayitno ige )

Membuka pagi idealnya memang penuh semangat, tetapi menyusuri pagi di Kota Lama Semarang bisa jadi menyelipkan duka karena melihat kondisi gedung-gedung tua yang beberapa di antaranya tak terawat. Namun, jejak pergerakan yang dibawa Semaun dan Henk Sneevliet akan mampu membangkitkan gairah perubahan.