Sukses

Angrek-Anggrek Asli Merapi Kembali Berkembang Biak

Tercatat sekitar 95 jenis anggrek tumbuh di sekitar Gunung Merapi, sebagiannya masuk dalam spesies langka.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kawasan lereng Merapi dikenal sebagai habitat dari beragam jenis tanaman anggrek. Tercatat sekitar 95 jenis anggrek yang tumbuh di sekitar Gunung Merapi, sebagiannya masuk dalam spesies yang langka. Namun saat ini, jumlah anggrek di kawasan lereng Merapi semakin berkurang.

Untuk itu, program adopsi anggrek digalakkan sekitar dua tahun lalu. Sebanyak 28 pengadopsi diberikan bibit anggrek untuk dipelihara dan dikembangkan di luar kawasan Merapi.

Setelah anggrek tersebut bertumbuh menjadi tanaman dewasa, anggrek itu kemudian akan dilepas kembali di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Menurut Kepala Desa Wonokromo Tomon Haryo Wibisono, Desa Wonokromo, Kecamatan Turi Sleman menjadi salah satu lokasi pengembangbiakkan bibit-bibit anggrek asli Merapi. Puluhan warga di dusunnya membangun sendiri green house atau rumah budidaya anggrek.

Selain sebagai upaya pelestarian lingkungan, kegiatan itu juga menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat desa.

"Bagi kami, kerja sama ini sangat membanggakan, karena desa tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa lembaga lain yang memberikan dukungan. Kalau desa hanya jalan sendiri hasilnya pasti itu-itu saja," ujar dia dalam acara Sarasehan Desa Penyangga dengan Taman Nasional Gunung Merapi yang diselenggarakan atas kerja sama antara Fakultas Kehutanan UGM, Rabu, 22 Februari 2017.

Tomon mengatakan upaya pelestarian anggrek ini hasil kerja sama antara desanya dengan UGM dan Taman Nasional Gunung Merapi. Tidak hanya dalam pelestarian anggrek, pemerintah Desa Wonokromo juga terlibat dengan berbagai program pelestarian ekosistem tanah dan air, melalui program sabuk hijau.

"Kerja sama di antara berbagai pihak terus dilakukan," kata Tomon.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan Budiadi menyebut keterlibatan warga dalam program-program pelestarian sangat penting, seperti halnya pelestarian anggrek di luar Merapi. Keterlibatan warga menjadi salah satu faktor paling krusial bagi keberhasilan usaha-usaha konservasi yang direncanakan pemerintah.

"Peran aktif warga desa untuk kelestarian hutan pada akhirnya manfaatnya akan kembali kepada mereka sendiri dan juga pada masyarakat sekitarnya," ujar dia.

Sementara itu, Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X dalam sambutan tertulisnya mengatakan kawasan lereng Gunung Merapi menjadi penyangga bagi daerah-daerah pemukiman yang terletak di bawahnya. Namun, aktivitas pemanfaatan lahan kawasan secara tidak bertanggung jawab kerap menimbulkan dampak negatif bagi kawasan konservasi tersebut.

"Kegiatan ini menjadi penting mengingat tanaman anggrek Merapi perlu dilestarikan agar keanekaragaman terjaga dan tetap lestari," ujar Wagub yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY Sutarto.