Liputan6.com, Medan - Konflik terkait angkutan umum di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), tak hanya terjadi antara penarik becak bermotor (bentor) dan pengendara GoJek, tapi juga merembet ke driver Grab-Car.
Pada Rabu, 22 Februari 2017, seorang pengendara Grab-Car bernama Frans Kie menjadi korban kekerasan di Plaza Medan Fair oleh sejumlah orang yang diduga para penarik bentor.
Kapolsek Medan Baru Kompol Ronni Bonic mengatakan, saat itu korban baru saja menjemput penumpangnya dengan mengendarai Toyota Avanza warna putih. Ketika keluar dari areal parkir, para pelaku langsung menghalangi laju kendaraan korban.
"Korban mengalami luka-luka, setelah itu korban membuat laporan ke kita," ucap Ronni, Kamis, 23 Februari 2017.
Mendapat laporan tersebut, polisi langsung turun ke tempat kejadian perkara (TKP). Setelah menanyai beberapa saksi dan mengamati rekaman CCTV, pihaknya membawa beberapa orang ke kantor kepolisian selaku terduga penganiayaan.
Baca Juga
"Kasus ini sedang kita selidiki. Untuk sementara ada dua orang yang diamankan beserta barang bukti," kata Ronni.
Menanggapi persoalan konflik antara penarik bentor dan transportasi berbasis aplikasi online, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, peran proaktif pemerintah sangat dibutuhkan.
"Masing-masing pihak yang berseteru harus saling melengkapi izin dan pemerintah harus segera merespons," ujar Rina.
Menurut dia, apabila konflik ini semakin meluas, yang dirugikan adalah banyak pihak. Karena itu, jangan sampai masyarakat umum merasakan imbas dari persoalan yang terjadi.
"Masyarakat jadi tidak nyaman beraktivitas, jangan karena bentrok antara kelompok-kelompok ini masyarakat jadi tidak merasa nyaman. Kalau ada pelanggaran hukum, kami akan tindak tegas," sebut Rina.
Sebelumnya, usai unjuk rasa ratusan penarik bentor di Kota Medan, ratusan pengendara GoJek menggelar sweeping atau razia di kawasan Jalan Stasiun. Tepatnya di Stasiun Besar Kereta Api Medan.
Dalam razia oleh ratusan pengendara GoJek, sempat terjadi perselisihan. Akibatnya, para pengendara GoJek nyaris bentrok dengan para penarik bentor.
Seorang pengendara GoJek bernama Taufik mengatakan, sweeping yang dilakukan mereka terkait adanya informasi yang beredar di grup WhatsApp tentang kekerasan terhadap rekan mereka. Info menyebutkan, rekan mereka diberhentikan lalu dihajar dan kemudian helmnya dirusak.
Saat berada di depan Stasiun Besar Kereta Api Medan, ratusan pengendara GoJek langsung menghampiri para penarik bentor yang sedang mangkal untuk mempertanyakan kebenaran info tersebut. Merasa tidak senang, para penarik bentor protes. Dalam protes itu, satu bentor diduga dirusak massa.
Melihat kericuhan, petugas kepolisian yang berada di lokasi sempat turun tangan menenangkan kedua kubu. Namun, kehadiran polisi tidak dianggap oleh kedua kubu, sehingga penarik bentor dan pengendara GoJek nyaris bentrok.
Kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi menimbulkan keresahan di kalangan penarik bentor di Kota Medan. Sebagai bentuk penolakan, ratusan penarik bentor berunjuk rasa di Kantor Wali Kota Medan, Jalan Maulana Lubis.
Dalam unjuk rasa, ratusan penarik bentor yang tergabung dalam Solidaritas Angkutan dan Transportasi Umum (SATU) mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Medan menghentikan operasional transportasi online, karena dianggap sebagai pemicu berkurangnya pendapatan mereka.
Advertisement