Sukses

Tunaikan Pesan Kakek, Pria Asal Sidrap Minta Bertemu BJ Habibie

Pria tua asal Sidrap mengaku menyimpan buku lawas tentang sejarah hidup BJ Habibie yang tak banyak diketahui orang, termasuk BJ Habibie.

Liputan6.com, Sidrap - Wa' Lampu, seorang kakek berusia 80 tahun itu sedang jadi buah bibir di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Lelaki tersebut mengaku menyimpan cerita tentang sejarah hidup Presiden ke-3 Republik Indonesia, Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie dalam sebuah buku tua yang disimpannya selama puluhan tahun.

Wa' Lampu mengaku telah menyimpan buku itu sejak 1960-an. Buku itu kini kondisinya usang, beberapa bagian lembaran buku yang dilapisi kain berwarna biru tua itu sudah hilang.

"Saya simpan sejak 1960-an, saya mau sampaikan isinya kepada Pak Habibie," kata Wa' Lampu, Sabtu, 25 Februari 2017.

Wa' Lampu memohon agar sebelum meninggal dunia, ia dapat dipertemukan dengan BJ Habibie. Ia ingin menceritakan kisah hidup Presiden ke-3 itu yang belum banyak orang tahu, bahkan oleh BJ Habibie sendiri.

"Bantu saya ketemu dengan Pak Habibie sebelum saya meninggal dunia. Banyak hal yang perlu dia tahu dari saya," kata warga Kelurahan Massepe, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan itu.

Sambil menunjukkan sebuah buku usang dengan tulisan aksara Lontara, ia mengaku mendapat buku itu dari almarhum kakeknya. "Pak Habibie perlu tahu ini, buku ini adalah bukti sebenarnya siapa dia (BJ Habibie)," kata dia.

Dalam buku yang bertuliskan aksara suku Bugis itu, menurut pengakuan Wa' Lampu, sebagian menceritakan tentang kisah orangtua BJ Habibie. Namun, ia menolak menceritakan detail isi buku tua itu. "Biar saya sampaikan langsung kepada Pak Habibie," kata dia.

Dalam bahasa Bugis, Wa' Lampu mengutarakan pesan kakeknya bahwa agar tidak menceritakan isi buku itu kepada siapapun selain BJ Habibie. Waktu yang tepat untuk menemui BJ Habibie itu, mengutip kakeknya, adalah ketika Indonesia telah memiliki tujuh Presiden.

"Engka pasenna riolo makkada iyapa mubukkai ise’na, siruntuppo alena Habibie. Pitupi addituang nappa mupau. (Ada pesan dari pendahulu mengatakan bahwa buku tersebut baru dapat dibuka isinya setelah ketemu langsung dengan Habibie. Nanti setelah 7 Kerajaan atau Pemerintah baru kau mengungkapnya)," kata Wa' Lampu dalam bahasa Bugis.