Liputan6.com, Tegal - Kejadian tak terduga dilakukan ratusan mahasiswa Akademi Keperawatan (Akper) terhadap Wali Kota Tegal, Siti Masitha Soeparno. Ratusan mahasiswa melakukan penyanderaan terhadap orang nomor satu di Tegal, Jawa Tengah, Senin, 27 Februari 2017.
Para mahasiswa itu menghadang gerbang kampus. Mereka duduk-duduk dan membentangkan spanduk terkait penolakan penutupan Akper. Alhasil, mobil yang membawa Siti tak bisa keluar. Wali Kota Tegal beserta rombongan pun 'tersandera' di dalam kampus sampai malam hari.
Baca Juga
Aksi penghadangan itu dilakukan mahasiswa yang ingin memastikan Akper tidak ditutup. Meskipun diguyur hujan, aksi mahasiswa tak surut dan semakin mengganas. Mereka pun terus semangat menyampaikan aspirasi agar Akper tidak ditutup.
Advertisement
Adapun aksi mahasiswa Akper ini dimulai pukul 17.35 WIB seusai Siti melakukan pertemuan di aula Kampus Akper. Sedianya, Siti akan menjelaskan soal status Akper, namun situasi berubah menjadi gaduh dan beberapa mahasiswa keluar ruangan. Secara spontan, mahasiswa melakukan aksi lanjutan di luar aula dan menutup gerbang kampus dengan duduk-duduk.
Mobil Siti pun tak bisa keluar kampus, bahkan tidak bisa bergerak karena hadangan ratusan mahasiswa. Petugas keamanan dari kepolisian dan Satpol PP juga tak mampu membubarkan mahasiswa yang sudah marah dan kecewa dengan sikap Pemkot Tegal yang akan menutup Kampus Akper. Â
Dengan aksi yang terus menerus terhadap pengepungan mobil Wali Kota Tegal itu, bikin mahasiswa menjadi histeris dan berteriak-teriak. Karena kelelahan, banyak mahasiswa yang mayoritas perempuan jatuh pingsan dan dievakuasi rekannya ke dalam kampus. Ada pula beberapa mahasiswa yang histeris lalu kesurupan. Suasana makin gaduh, dan mereka yang tumbang dibawa ke dalam untuk mendapat perawatan.
Kemunculan Tiba-Tiba Ketua DPRD Tegal
Di tengah keriuhan aksi demo, Ketua DPRD Kota Tegal, Edy Suripno muncul di tengah aksi itu. Kedatangannya menambah semangat mahasiswa dalam menyuarakan tuntutannya.
Hingga pukul 18.00 WIB, mobil Siti belum bisa bergerak. Mahasiswa masih menghadang di depan kampus. Padahal, salah satu dosen sudah membujuk agar mahasiswa membuka jalan.
Edy yang masih di sana kemudian minta untuk bisa bicara dengan Siti yang terus berada di dalam mobil. Baru pada pukul 18.30 WIB, mahasiswa bersedia membuka jalan, setelah mendengar Siti bersedia bertemu dengan Edy di dalam mobil.
Maka masuklah Edy ke dalam mobil. Sementara para mahasiswa bergegas masuk ke dalam kampus, dengan tetap berteriak-teriak lantang. Sekitar 10 menit pembicaraan Siti dan Edy di dalam mobil.
Usai Edy turun dari mobil, Siti pun langsung pergi meninggalkan kampus Akper. Edy segera menemui para mahasiswa. Mahasiswa yang sudah berkumpul di ruang lobi kampus menyambut kedatangan Edy, tentunya dengan harapan besar ada kesepakatan yang sesuai kemauan mahasiswa.
"Tadi di dalam mobil saya langsung mendengarkan pernyataan wali kota. Dia tidak mengakui akan menutup Akper. Dia mengelak Akper tidak pernah akan ditutup. Tadi juga saya katakan, sampai hari ini DPRD belum pernah diajak bicara terkait dengan rencana penutupan Akper," ujar Edy.
DPRD, kata dia, juga sudah mempelajari hasil analisa terkait dengan kedudukan Akper. Dimana menurut dia seharusnya Akper dipertahankan. Solusinya, Akper bisa bergabung dengan Kementerian Kesehatan. Â
"Maka tadi saya sudah katakan dan meminta wali kota untuk tidak main kewenangan. Menggunakan kewenangan yang melebihi batas kewenangan, itu adalah tindak sewenang-wenang. Tindak sewenang-wenang ini harus kita lawan. Kita selesaikan agar pemerintahan ini berjalan dengan baik," ucap dia.
Advertisement
Pemkot Bantah Tutup Akper
Sementara itu, Siti menegaskan Pemkot Tegal tidak pernah mengeluarkan pernyataan secara resmi jika Akper Tegal akan di tutup. Terkait status Akper Tegal, Pemkot telah menerima berbagai masukan dari mahasiswa, orangtua, dan dosen Akper. Â
"Berbagai aspirasi tersebut akan disikapi secara bijak oleh Pemkot Tegal demi kebaikan para mahasiswa Akper," ucap Siti.
Karena itu, ia pun mengajak kepada mahasiswa dan dosen untuk tetap melaksanakan kegiatan perkuliahan seperti biasa, sambil menunggu tindak lanjut dari Surat dari Kementrian Dalam Negeri tgl 17 Feb 2017.
“Pemkot saat ini menunggu dan tetap berupaya mencari informasi, untuk mencari solusi yang terbaik. Dan ini berlaku untuk semua daerah yang memiliki Akper, tidak hanya Kota Tegal," ucap dia menambahkan.
Situ menilai wajar dengan aksi yang dilakukan para mahasiswa. Hal itu menurut dia, sebagai bentuk aspirasi dari para mahasiswa yang dilanda kekhawatiran berlebih akan nasib kampus mereka.
"Di situlah peran para dosen diperlukan untuk memberikan pemahaman, karena pada dasarnya mahasiswa harus belajar sampai lulus," ungkapnya.
Siti berharap agar para mahasiswa tidak mudah terprovokasi, intimidasi serta dilanda kekhawatiran yang berlebihan. Sehingga mereka tidak melakukan aksi-aksi yang seharusnya tidak perlu dilakukan.