Liputan6.com, Bengkulu - Hampir setahun, dunia seni rupa Bengkulu tidak terdengar gaungnya. Gedung Seni Rupa yang merupakan satu kesatuan dari Taman Budaya Bengkulu seperti mati suri tanpa aktifitas.
Kondisi ini membuat sembilan orang seniman yang tergabung dalam Komunitas SaYak Bengkulu untuk melakukan gelar karya bersama dengan memamerkan 30 jenis karya seni rupa instalasi dan lukisan dari beragam aliran.
Gelar karya bertajuk "Mbasing" atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sembarangan. Dilaksanakan selama tiga hari, ajang itu diisi berbagai diskusi dan penyamaan persepsi berkesenian dari berbagai narasumber yang digandeng. Tujuannya supaya geliat seni rupa Bengkulu kembali hidup.
Advertisement
Baca Juga
Koordinator Komunitas SaYak Bengkulu, Medi Kurniawan mengatakan, gelar karya bersama ini sebagai upaya membangun kembali semangat berkesenian, menebar ide dan wacana bagi para praktisi seni maupun masyarakat luas.
"Mbasing lahir dari berbagai perspektif dan bersifat cair kegiatan ini untuk memperkaya kapasitas kesenirupaan anggota komunitas dan menjadi satu peristiwa kesenian," kata Medi, Selasa, 28 Februari 2017.
Meskipun bertajuk Mbasing atau sembarangan, terserah, asal asalan, tetapi mereka justru menampilkan sebaliknya. Gelar karya ini dipersiapkan dengan baik dan dengan memaparkan karya visual beragam dan bernilai seni.
Keberagaman karya yang ditampilkan menunjukkan bahwa berkesenian tidak berpatokan pada satu aliran dan kaku. Justru Mbasing ini ingin menyampaikan pesan moral tentang keberagaman.
Salah seorang penggiat seni lukis Bengkulu Dedy Suryadi mengatakan, keberagaman identitas pelaku seni ini menunjukkan bahwa ruang berkesenian itu sangat luas dan tidak ada sekat yang membatasi.
"Tidak ada yang eksklusif, semangat kita sama, berkarya dan berkesenian," kata Dedy Suryadi.