Sukses

Bukan Gunung Purba, Uap Panas dari Tanah Gunungkidul Ternyata...

Uap panas dari tanah Gunungkidul itu sebagian besar mengandung air alias H2O.

Liputan6.com, Yogyakarta - Masih ingat dengan kemunculan uap panas di samping rumah Trisno Wiyono, Dusun Kayen, Desa Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul pada Kamis, 16 Februari 2017 lalu? Uap panas itu membuat Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terjun ke lapangan.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, I Gusti Made Agung Nandaka mengatakan timnya langsung turun kelapangan pada Jumat, 17 Februari 2017, atau sehari setelah kejadian. Hal itu untuk meneliti apakah penyebab keluarnya uap panas dari dalam tanah. Hasilnya uap panas itu bukanlah dari aktivitas vulkanis.

"Hasil analisis di laboratorium, baik sampel air maupun gasnya, serta penyelidikan di lapangan menunjukkan bahwa semburan uap panas berasal dari air permukaan yang terpanaskan," kata dia, Selasa, 28 Februari 2017.

BPPTKG meneliti suhu gas dan air yang keluar dari dalam tanah tersebut. Berdasarkan pengujian, sampel uap panas sebagian besar mengandung air (H2O) hingga 70 persen, gas karbondioksida (CO2) sebesar lima persen, O2+Ar sebesar lima persen dan juga gas Nitrogen (N2) sebesar 20 persen.

Dengan temuan itu disimpulkan uap panas dari dalam tanah bukan berasal dari aktivitas vulkanik, tetapi akibat panas yang dihasilkan karena keliru memasang arde listrik.

"Panas dari listrik bersinggungan dengan air yang terkandung dalam tanah, sehingga menimbulkan uap," kata dia.

Sementara itu, Camat Gedangsari Muhammad Setyawan Indriyanto, mengatakan saat ini lokasi keluarnya uap panas di Gunungkidul sudah kembali normal. Masyarakat, kata dia, diminta tidak khawatir atas fenomena tersebut.

"Pemilik rumah beserta warga setempat pun kembali beraktivitas seperti biasanya," ujar dia.