Sukses

Tradisi Kawinkan Bunga Salak Pagi Hari di Bumi Masserempulu

Tradisi mengawinkan bunga salak itu bisa menyekolahkan anak hingga jadi sarjana.

Liputan6.com, Enrekang - Topografi Kabupaten Enrekang di Sulawesi Selatan yang 85 persen dari luas wilayahnya daerah pegunungan dan perbukitan berpotensi untuk pembudidayaan salak. Bahkan, warga Bumi Masserempulu, sebutan Kabupaten Enrekang, punya kebiasaan menyambut pagi dengan mengawinkan bunga salak.

Pantauan Liputan6.com di Dusun Dedekan, Desa Sumillan, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, kebun salak menghiasi kanan kiri jalan yang dikenal sebagai sentra penghasil buah bersisik mirip ular itu.

"Pertama, kita harus kenali yang mana bunga jantan yang mana bunga betina. Usahakan bunga jantan yang dipilih banyak serbuk merahnya karena serbuk merah itu yang bakal membuat buah salak kualitasnya jadi bagus dan buahnya banyak," kata Syawal, warga setempat, kepada Liputan6.com, Senin, 27 Februari 2017.

Setelah itu, kata Syawal, satu tangkai bunga salak jantan bisa dipakai untuk tiga hingga empat bunga salak betina. Kemudian, bunga jantan dipotong 3/4 bagian dan taruh di atas bunga salak betina.

Jika sudah ditaruh di atas bunga betina, tutup dengan daun agar serbuk yang ada di bunga jantan tidak terbawa air hujan.

"Namun harus ingat, jangan sampai telat mengawinkan karena kalau terlambat bisa gagal juga. Dan waktu tepat mengawinkan bunga salak ketika bunga betina sudah mulai merah," tutur Syawal.

Berkat rajin mengawinkan salak, tak sedikit warga di kampungnya berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke bangku kuliah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Syawal adalah salah satu buktinya. Ia berhasil menjadi sarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) berkat panen buah bernama latin Salacca zalacca itu.

Maka itu, kebiasaan mengawinkan bunga salak yang turun-temurun dari orangtuanya tidak akan ditinggalkan meski sudah meraih gelar sarjana.