Liputan6.com, Purwakarta - Mantan terpidana kasus terorisme yang termasuk ke dalam Jaringan Anshor al Daulah (JAD), Agus Marsal alias Metal mengaku gagal dalam bisnis yang ia jalani usai keluar dari penjara.
Modal bisnis sebesar Rp 20 juta yang didapat dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pertengahan April 2016 lalu digunakannya untuk membuka warung. Namun, nasib mujur belum memihaknya.
Modal tersebut malah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan Agus sekeluarga. "Modalnya malah habis," kata Agus, Kamis, 2 Maret 2017.
Kegagalan Agus dalam menjalankan bisnis warung tidak membuat Pemerintah Kabupaten Purwakarta patah arang dalam membantu kehidupan pria kelahiran Jakarta itu.
Saat ini, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengangkat Agus menjadi mandor atau pengawas para petugas kebersihan di ruas Jalan Sadang - Cikopo. Dalam tugasnya, Agus harus mengawasi 11 orang petugas yang menjadi anak buahnya.
"Saya ucapkan terima kasih sekali kepada Kang Dedi, sudah mau memberikan solusi bagi kehidupan saya," ujar Agus di sela mengawasi para pekerja kebersihan di wilayah Sadang.
Selain pekerjaan rutin yang harus dilakukannya mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB itu, Agus juga diserahi tugas sebagai pemateri tetap di Sekolah Ideologi Pancasila Institut yang rutin dilaksanakan oleh Pemda Purwakarta untuk berbagai segmen, mulai dari pelajar hingga Ketua RT/RW dan masyarakat biasa.
Baca Juga
Advertisement
"Kelas yang saya pimpin itu sebulan sekali. Saya memberikan materi general-nya saja tentang semua, deradikalisasi yang saya jalani dan kiat meminimalisir gerakan terorisme," tutur dia.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang melihat hasil pekerjaan Agus di tempat mengajarkan mengungkapkan langkah menggandeng Agus di Sekolah Ideologi Pancasila itu merupakan bagian dari program deradikalisasi.
Menurut Dedi, negara harus hadir memberikan solusi terhadap para eks terpidana kasus terorisme agar mereka tidak kembali melakukan kegiatan yang meresahkan masyarakat.
"Sebagai mandor Kang Agus akan mendapat honor sebesar Rp 2 juta per bulan. Kalau ditambah dengan peran Kang Agus sebagai pemateri, Insya Allah dapat lah Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta per bulan," tutur Dedi.
Agus diketahui merupakan rekan seangkatan Yayat, teroris bom panci di Bandung. Mereka bersama di kamp pelatihan militer Jalijantho, Nangroe Aceh Darussalam.
"Pak Agus mengatakan bahwa Yayat ini kawannya waktu pelatihan di sana, tapi dia nggak tahu sekarang Yayat tinggal di mana," Dedi menambahkan.
Agus dan Yayat berpisah setelah menjalani hukuman. Yayat tidak kembali ke Purwakarta setelah menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang, tetapi memilih Kabupaten Bandung sebagai tempat tinggal baru.
"Saya kira kalau Yayat saat itu tidak pindah ke Kabupaten Bandung dan tetap tinggal di Purwakarta, mungkin aksi bom panci itu tidak terjadi karena di sini saya merangkul Pak Agus dan menjadikannya saudara," ujar Dedi.