Sukses

Wakili Indonesia ke Kazakhstan, 2 Siswa Aceh Terkendala Biaya

Dua siswa SMAN 1 Paya Bakong, Aceh Utara, bakal mewakili Indonesia di Lomba Matrix International di Kazakhstan, 13-16 April mendatang.

Liputan6.com, Banda Aceh - Maulidi Rahmi dan Fadlon, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, boleh berbangga hati. Mereka akan mewakili Indonesia di ajang Lomba Matrix International di Kazakhstan, 13-16 April mendatang.

"Kedua siswa ini terpilih setelah meraih medali perak dalam ajang Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) 2017 di Tangerang, Banten, pada 23-26 Februari lalu," ucap Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Payo Bakong saat dihubungi Liputan6.com via sambungan telepon, Jumat (3/3/2017).

Menurut Sayuti, Maulidi Rahmi siswa kelas tiga dan Fadlon pelajar kelas dua membuat penelitian ilmiah tentang aplikasi software komputer untuk kaum difabel atau penyandang tunarungu.

Nazaruddin Usman, salah satu guru SMAN 1 Payo Bakong mengatakan, kedua siswa itu memang telah berprestasi sejak kelas satu. Selain berprestasi, keduanya aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS.

"Alhamdulillah, sudah berprestasi sejak awal. Rahmi mantan Ketua OSIS tahun lalu adalah anak yatim. Sedangkan Fadlon wakil Ketua OSIS adalah anak yatim piatu," ujar Nazaruddin kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Ia mengungkapkan, Maulidi dan Fadlon mengikuti Komunitas Karya Ilmiah Remaja (KIR) dengan bimbingan dari Ikatan Guru Indonesia (IKI) Aceh Utara. "Bimbingan berlangsung setahun di bawah arahan Kustalani selaku Ketua IKI Aceh Utara dan Pak Rahmat," ia menambahkan.

Tiga sekolah tersebut adalah SMAN 1 Paya Bakong, SMAN 1 Matangkuli, dan SMA Swasta Fuqara Paya Bakong. "Maulidi dan Fadlon termasuk 44 siswa dari tiga sekolah yang terbagi dalam 22 tim," ujar Kustalani kepada Liputan6.com.

Setelah menjalani bimbingan, empat tim yang terdiri dari delapan siswa mengikuti ajang ISPO di Tangerang. "Maulidi dan Fadlon meraih medali perak, sehingga berhak mewakili Indonesia ke Lomba Matrix International di Kazakhstan," sebut dia.

Terkendala Biaya

Hanya saja, menurut Kustalani, pihaknya mengalami kendala untuk memberangkatkan kedua siswa berprestasi tersebut ke Kazakhstan. "Keduanya adalah siswa SMA di daerah pendalaman."

"Kita berupaya mencari bantuan di Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Aceh, termasuk tokoh-tokoh masyarakat Aceh. Lagi diupayakan," ujar dia.

Ia mengatakan pula, bantuan dari pihak sekolah tidak banyak dan lebih banyak untuk proses bimbingan dan biaya mengikuti ajang ISPO di Tangerang, Februari lalu," kata Kustalani.

Adanya kendala biaya dibenarkan Kepsek SMAN 1 Paya Bakong. "Kendala biaya ditanggung sendiri. Keduanya terkendala dana untuk berangkat ke Khazakstan," ucap Sayuti.

Sejauh ini, menurut dia, pihaknya sudah memohon bantuan kepada Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Aceh dan diminta mengajukan proposal. Selain itu, sang kepsek berencana pula meminta bantuan langsung kepada Gubernur Aceh dan tokoh-tokoh masyarakat.

"Kita akan lobi tokoh-tokoh Aceh," sebut dia.

Sayuti mengungkapkan, biaya transportasi dan akomodasi membutuhkan biaya sekitar 2.700 dolar Amerika Serikat. Namun, jumlah tersebut belum termasuk uang saku dan keperluan lain selama kedua siswa berada di Kazakhstan.

"Butuh Rp 40 juta per siswa, transportasi dan akomodasi tidak termasuk uang saku. Sementara, pihak IPO mengatakan biaya ditanggung sendiri," kata Kepsek SMAN 1 Paya Bakong, Aceh Utara.