Sukses

Wangsit Raja Pandu Lelaki Solo Jaga 9 Makam Keramat di Batam

Dari dekat danau di areal makam keramat jelang tengah malam, sering terdengar suara kuda dan kereta kencana.

Liputan6.com, Batam - Seorang kakek bernama Sugeng Prasetyo (70) menjaga sembilan makam keramat di Bukit Sekupang, Batam. Ia mengaku terinspirasi menjadi penjaga makam setelah mendapatkan wangsit dari seorang kakek berjubah putih di dalam mimpi.

Laki-laki asal Solo, Jawa Tengah itu sudah merantau ke Jakarta sejak kecil. Ia mengaku terakhir bersekolah di SMA 3 Jakarta. Kemudian, ia bekerja di perusahaan garmen di daerah Kapuk, Jakarta Utara.

"Sebelum Batam, saya kerja membuatkan pola pada kain, tapi perusahaan itu sudah bangkrut," kata Sugeng di Bukit Sekupang, Kamis, 2 Maret 2017.

Sugeng akhirnya menganggur. Saat menunggu pekerjaan, ia mulai bertirakat yang kemudian berujung dengan mimpi. Dalam mimpi itu, ia bertemu sesosok lelaki bersorban dan berjubah putih. Lelaki itu memintanya segera berangkat ke Batam.

Menurut Sugeng, lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Raja Melayu keturunan Majapahit bernama Syekh Abdullah Karim yang turun tahta menjadi ulama. "Sebelumnya, dia adalah raja yang pertama kali memimpin negeri Melayu," kata dia.

Dari dekat danau di areal makam keramat jelang tengah malam sering terdengar suara kuda dan kereta kencana. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Untuk membuktikan mimpi itu, Sugeng berangkat menuju Batam. Ia pun menemukan makam keramat dimaksud. Ada tiga makam utama, yakni makam Syekh Abdullah Karim beserta kedua putranya.

"Dua makam lagi itu putranya, Syekh Daud dan Syekh Ismail," kata dia.

Ketiga makam itu berada di dalam bangunan bersegi delapan, mirip dengan Masjid Demak. "Sudah tua, tiang-tiangnya dari kayu. Perlahan-lahan saya bangun dan tiangnya saya ganti dengan beton," kata Sugeng.

Di luar ketiga makam itu, ada enam makam lainnya. Salah satunya adalah makam ulama dari Arab yang menjadi pengikut sang mantan raja.

"Namanya Syekh Sayid Ahmad Abdullah al Zufri," kata Sugeng.

Keberadaan sembilan makam keramat itu, lanjut dia, diyakini sebagian orang sebagai singgasana tempat para raja dan Syekh dulu bercengkrama. Sudah tidak asing lagi, sebelum menjelang tengah malam terdengar suara kuda dan kereta kencana dari telaga di dekat bukit.

"Di setiap malam Jumat legi di tempat ini ramai," ucap Sugeng.