Liputan6.com, Brebes - Aksi Raja 3,5 juta mangrove asal Pantura, Mashadi, tak hanya dalam segi rehabilitasi lingkungan. Perhatiannya juga menyentuh persoalan sosial, utamanya masyarakat yang terdampak abrasi Pantura.
Gara-gara abrasi, pendapatan nelayan yang minim makin cekak. Kondisi itu menyulitkan anak-anak setempat melanjutkan pendidikan, khususnya anak-anak Desa Kaliwlingi. Mereka kini bisa melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 8 Brebes dan sekarang tengah dirintis SMK Bahari.
Kondisi itu, ucap dia, berbeda 180 derajat dengan situasi pada 2005. Saat itu, akses jalan dan sarana kesehatan sangat sulit dijangkau. Karena itu, Mashadi memulainya dengan mendorong pembangunan layanan kesehatan desa di lahan milik kelompok binaannya.
"Lambat laut sejumlah fasilitas seperti sekolah, tempat pelayanan kesehatan dan akses jalan sudah mulai baik. Tentu saja ini dukungan dari pemda," kata dia kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Seiring pembenahan mangrove, kesejahteraan masyarakat turut diperhatikan dengan melibatkan mereka dalam usaha penanaman dan pemeliharaan. Mangrove yang mulai membaik turut membantu rehabilitasi tambak nelayan dan sawah petani.
Jumlah tangkapan nelayan, kata dia, meningkat. Jarak dan waktu tangkapan nelayan juga makin dekat dan cepat.
Di sisi lain, program penanaman mangrove Mashadi bisa menahan dan menambah sedimentasi. Di lahan sedimentasi itu, mangrove yang ditanamnya bisa membentuk sabuk hijau sehingga laju intrus dapat dihambat dan ditekan.
Selain mangrove, petani setempat juga memanfaatkan lahan sawah yang terkena intrusi air laut untuk uji coba penanaman padi tahan dampak air asin (tadas). Untuk pertanian berkelanjutkan diterapkan sekolah lapang pertanian organik dengan penanaman padi SRI.
Ekowisata Mangrove
Keberadaan mangrove rupanya mampu menarik turis datang ke daerahnya. Warga Pandansari kemudian mengolah potensi itu dengan mengembangkan ekowisata hutan mangrove sejak pertengahan 2015 lalu.
"Ada sekitar 300-500 pengunjung ketika hari Minggu dan hari libur," kata Mashadi.
Turis yang datang selain bisa melihat mangrove, juga bisa menyusuri laut dari dermaga menuju Pulau Pasir. Menyusuri perjalanan, anda bisa mengamati burung camar dan bangau terbang melayang di atas hutan. Sebagian dari mereka juga terlihat mematok ikan gabus dari permukaan laut.
Ketika tiba di Pulau Pasir, Anda bisa menikmati suasana pantai tak berpenghuni yang terbuat dari pasir laut berjarak sekitar 1,5 km dari perumahan warga. Pulau itu terhampar di tengah-tengah antara tambak warga Pandansari dan Laut Jawa dengan luas sekitar 10 hektare.
Wisata Pulau Pasir itu terbilang murah, hanya Rp 10 ribu per orang untuk pulang pergi. Perjalanan itu berlangsung hampir 30 menit.
Jika hanya ingin menyusuri mangrove, Anda bisa melintasi jalur treking di kawasan Ekowisata Pandansari. Pandansari adalah pedukuhan di daerah pesisir utara masuk Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes, dengan jarak sekitar 10 km dari Kota Brebes.
Pada 2016, Pemkab Brebes menambah sejumlah fasilitas penunjang dengan anggaran Rp 2,4 miliar. Di antaranya, penambahan jalur treking sepanjang 700 meter, memperbaiki dermaga perahu, membangun dua gazebo, mendirikan WC berikut kamar mandi wisata, gapura loket dan menara wisata setinggi 8 meter.
Menara itu akan ditempatkan di area sekitar tengah-tengah antara Pulau Pasir dan batas treking pohon mangrove. Dengan menara ini, wisatawan bisa melihat laut lepas serta bisa melihat panorama hijaunya pohon mangrove yang lebih luas.
Penambahan fasilitas itu disambut warga dengan memberdayakan budaya lokal. Salah satunya dengan menyambut tamu dengan sintren, calung dan kesenian daerah lainnya.
"Di sini kami juga bentuk kelompok perajin batik mangrove. Mereka sudah dibekali pelatihan dari orang ahli di bidangnya. Jadi kami di sini ada yang fokus produksi batik mangrove," kata Mashadi. Â
Sementara itu, Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan, program melestarikan lingkungan tidak ternilai harganya. Karena itu, apa yang dilakukan Mashadi harus diikuti seluruh masyarakat.
"Setidaknya di lingkungan sendiri, ikut menjaga lingkungan yang ada," ucap Idza Priyanti.
Menurut dia, jejak langkah Mashadi bisa diteruskan sehingga bisa melahirkan sosok Mashadi lain dalam penyelamatan bumi. "Brebes sangat membutuhkan sosok penggiat yang tahan banting dan istikamah, seperti Mashadi," dia menambahkan.
Advertisement