Liputan6.com, Semarang - Kasus nenek pengemis Semarang merupakan sederet kasus eksploitasi warga miskin untuk mendulang uang. Bagaimana awalnya Suwarno, cucu gadungan, memperalat Mbah Supini?
Menurut Suwarno, pertama kalinya ia bertemu Mbah Supini, kondisi tubuh Mbah Supini tak terawat dan kumal. Pada saat yang sama, ada orang lain yang melihat sang nenek sebagai peluang memperoleh uang dengan mudah.
"Keduanya sempat terlibat duel. Kemungkinan besar karena mereka melihat Nenek Supini sebagai aset dan menghasilkan uang untuk mereka," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBPÂ Wiyono Eko Prasetyo, Senin, 6 Maret 2017.
Advertisement
Suwarno bisa memenangkan pertarungan. Seperti dalam komik silat Kho Ping Hoo, Suwarno kemudian merasa berkewajiban mengantar jemput Mbah Supini. Suwarno juga yang mengatur dan menyediakan kebutuhan primer, terutama makan dan minum Mbah Supini.
Dari yang dilakukannya itu, Suwarno leluasa menguasai pendapatan Mbah Supini. Tak ada celah bagi Mbah Supini untuk menyisihkan pendapatannya terlebih dulu.
Baca Juga
Pasalnya, setiap tengah hari Suwarno datang dengan dalih mengantar makan siang. Saat itulah ia memeriksa kantong pengemis yang dibawa Mbah Supini dan mengambil semua isinya.
"Karena itu, pelaku dijerat dengan Undang-Undang Perdagangan Manusia dengan mengeksploitasi orang lain. Ancamannya paling lama 6 tahun penjara," kata Wiyono Eko.
Ada sedikit cerita konyol mengenai Mbah Supini. Ketika dimintai keterangan di Mapolrestabes Semarang dengan didampingi Wakil Wali Kota Hevearita G Rahayu, Mbah Supini merasa jengah dan jengkel dengan kehadiran para jurnalis.
"Entahlah, ia beberapa kali menutup mukanya seperti orang yang malu-malu gimana gitu. Tapi saya kemudian menjelaskan kepada teman-teman dan Mbah Supini, bahwa Mbah Supini sesungguhnya adalah korban. Baru ia bisa lebih tenang, meski kadang-kadang ekspresi malunya malah jadi seperti genit," kata Mbak Ita, sapaan Wakil Wali Kota Hevearita G Rahayu.
Hingga kini, polisi masih mendalami keterangan Suwarno. Kasus nenek "dipaksa mengemis" diduga akan menguak pertanyaan "benarkah ada mafia pengemis di Semarang?".