Sukses

Bupati Brebes Kecam Warga Siksa Gelandangan Gara-Gara Hoax

Yang dicemaskan masyarakat sudah tidak bisa menyaring dan membedakan mana berita-berita yang mengandung hoax, mana yang mengandung fakta.

Liputan6.com, Brebes - Bupati Brebes, Jawa Tengah, Idza Priyanti merespons kasus penyiksaan warga terhadap gelandangan gara-gara termakan informasi hoax soal penculikan anak di sepanjang pantura. Informasi hoax yang menyebut pelaku penculikan anak adalah orang yang berpura-pura gila itu merebak tak terkendali di media sosial.

Idza mengaku sedih sekaligus prihatin dengan peristiwa amuk massa yang dilakukan sejumlah warganya kepada seorang gelandangan belum lama ini. Ia meminta, kepada seluruh masyarakat Brebes agar tidak tersulut emosi dan main hakim sendiri ketika ada isu ataupun informasi yang belum jelas terkonfirmasi kebenarannya.

"Jangan sampai terulang kejadian seperti kemarin itu yang sangat tidak manusiawi. Saya sedih dan prihatin melihatnya," kata Idza Priyanti, Rabu (8/3/2017).

Ia mengatakan, menjamurnya berita hoax hanya punya tujuan untuk menipu atau membuat masyarakat memercayai sesuatu yang ada di dunia maya. Informasi-informasi itu yang perlu diverifikasi lagi kebenarannya sebelum warga mengambil sikap.

"Saya mengimbau masyarakat tak mudah percaya suatu informasi yang tak jelas sumbernya," kata dia.

Idza menyebu, situasi saat ini memang sudah tidak terkendali. Satu sama lain saling fitnah. Sikap-sikap berbau kebencian terus disuarakan. Yang dicemaskan, kata dia, ketika masyarakat sudah tidak bisa menyaring lagi dan membedakan mana berita-berita yang mengandung hoax, mana yang mengandung fakta.

"Ini sangat bahaya kalau berita hoax ini dibiarkan dan dipercaya masyarakat. Harusnya masyarakat mengantisipasi hal itu dengan banyak merenung dan terus belajar bijak dalam hal apa pun. Intinya masyarakat harus tahu dampak buruk dari berita hoax itu sendiri," ujar dia.

Gara-gara disangka penculik anak, seorang gelandangan penderita gangguan jiwa nyaris tewas karena disiksa dan diarak keliling kampung di Kecamatan Banjarharjo, Brebes, Jateng. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Adapun upaya Pemkab Brebes menyikapi berita hoax, pihaknya bersama Dinas terkait akan melakukan pendekatan dengan masyarakat. Upaya itu untuk mencegah hal-hal negatif dari berita hoax.

"Kita kordinasikan dulu bagaimana langkah yang tepat untuk mengantisipasi ataupun mencegah berita hoax. Hasilnya dalam waktu dekat ini saya sebarkan informasinya sampai ke tingkat desa melalui surat edaran," ucap Idza.

Hal senada diungkapkan, Wakil Ketua Komisi I DPRD Brebes, Rizki Ubaidillah. Ia mengaku akan memberi rapat evaluasi kepada Dinas Informatika Brebes karena belum ada imbauan jangan percaya hoax yang beredar di medsos.

"Kami Komisi I segera memberi rapat evaluasi kepada Dinas Informatika yang tidak mengeluarkan imbauan terkait informasi hoax yang marak beredar. Karena sejauh ini hanya dari Polres Brebes saja yang sudah melakukan," ucap Rizki.

Untuk itu, Komisi I mengimbau ke masyarakat melalui kecamatan ‎hingga ke desa desa agar informasi di medsos harap dipilah-pilah dan ditelaah dan masif.

"Karena informasi hoax ini juga berdampak pada keragaman kerukunan dan keamanan di masyarakat‎," kata dia.

Dia mengatakan pula, Indonesia merupakan negara hukum. Hal-hal yang diduga terindikasi pidana seharusnya dilakukan lewat jalur hukum, bukan main hakim sendiri. Termasuk soal informasi hoax yang menyebutkan adanya pelaku penculikan anak di sepanjang pantura yang dilakukan dengan modus berpura-pura gila tersebut.

"Jangan sampai termakan isu hoax, dan harus komunikasi dulu kepada pejabat setempat seperti RT, RW, Kepala Desa hingga pihak kepolisian untuk memastikan kebenaran faktanya. Jangan sampai main hakim sendiri," dia memungkasi.