Liputan6.com, Makassar - Tempat Pemakaman Umum (TPU) Maccini Kidul, Makassar, Sulawesi Selatan menjadi tampak mengenaskan. Sebab, di tengah perubahan iklim, dan cuaca ekstrim, rumput di areal pemakaman ini jadi santapan sapi-sapi yang sengaja digembalakan di sini.
Padahal, diketahui pemakaman umum merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) non-alami yang patut dijaga kelestarian dan estetikanya sebagai paru-paru kota.
Pantauan Liputan6.com, di tengah guyuran hujan gerimis Kamis, 9 Maret 2017. Belasan sapi seakan bergeming dengan air yang turun dari langit membasahi area kuburan.
Fenomena ini terjadi karena sapi-sapi itu sengaja dilepas untuk mencari makan seperti rumput dan ilalang di area pemakaman yang tak dirawat dan dikelola dengan baik di TPU Maccini Kidul, Kecamatan Makassar.
Baca Juga
Ironisnya, pemandangan miris ini terekam tak jauh dari kantor gabungan dinas-dinas Pemkot Makassar di Jalan Maccini.
Jumain (48) warga Maccini Kidul mengatakan, makam kuburan tua dekat rumahnya kerap dijadikan sebagai tempat menggembala sapi untuk cari makan. Tanaman tumbuh menjadi santapan hewan-hewan mamalia tersebut, termasuk kulit pohon pun yang ada di kuburan.
Perlahan namun pasti, semuanya habis dilumat oleh sapi-sapi yang sengaja dilepas oleh pemiliknya.
"Jauh sebelumnya memang pemakaman yang ada di Maccini Kidul ini sering djadikan tempat pembuangan sampah oleh oknum yang tidak bertanggungjawab," ucap Jumain kepada Liputan6.com.
Tak cuma mengenaskan, kondisi TPU ini juga jadi makin mengerikan. Terutama Areal pemakaman ini menjadi lokasi pembuangan bayi-bayi yang tak diinginkan orangtua mereka.
Kejadian terakhir terjadi pada Jumat 12 Agustus 2016 lalu. Saat itu ditemukan sesosok bayi ditemukan tengah malam.
"Bayi yang sempat gegerkan warga sekitar kuburan itu sengaja disimpan pada salah satu nisan pada pukul 00.15 Wita," jelas Jumain.
Sementara di tengah proses pembangunan TPA sampah bintang lima di Tempat Pembuatan Akhir (TPA) Tamangapa Antang, Kecamatan Manggala, pemandangan sapi dan manusia berebut 'makan' di kuburan ini hingga kini juga masih terus terjadi.
Dari 700 hingga 800 ton sampah yang dihasilkan rumah tangga dan 16 pasar tradisional setiap hari di kota Makassar masih jadi santapan puluhan sapi yang mencari makan diantara onggokan sampah di pemakaman ini.
Mereka 'bersaing' dengan aksi puluhan pemulung memilah sampah yang bernilai ekonomis untuk ditukar sebagai pembeli makanan.