Sukses

Ada Tanaman Herbal Pengusir Jin Jahat di Gunung Bawakaraeng

Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulsel itu memang menjadi incaran bagi para pengguna obat herbal dari tumbuh-tumbuhan.

Liputan6.com, Makassar - Tak hanya cerita mistis yang melekat pada gunung keramat Bawakaraeng. Gunung yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan itu juga menjadi incaran bagi para pengguna obat herbal dari tumbuh-tumbuhan.

"Saya dulu sesekali mendaki di sana hanya untuk mencari obat yang bernama tambarak," ucap Daeng Rannu (38), warga Jalan Cendrawasih, Kota Makassar, yang masih aktif dalam kegiatan pendakian setiap memperingati Hari Kemerdekaan RI kepada Liputan6.com, Senin (13/3/2017).

Menurut Rannu, tanaman itu sangat dikenal oleh masyarakat Sulsel pada umumnya dan tumbuhnya hanya di kawasan Gunung Bawakaraeng. Selain diyakini bisa digunakan untuk mengusir jin-jin jahat dari tubuh seseorang, tanaman ini dapat direbus batangnya dan buahnya bisa dimakan untuk mengobati sakit dalam.

"Makanya, banyak pendaki setiap pulang dari mendaki di sana, sering mengambil batang tanaman tambarak untuk dijadikan mata kalung atau disimpan di rumah," Rannu membeberkan.

Tanaman tambarak yang dapat dijumpai di sekitar Pos VIII pendakian gunung tersebut ada tiga jenis. Pertama, berjenis tambarak api (tambarak pepe), tambarak pakka (tambara pahit), dan tambarak biasa.

"Rasanya yang beda, sehingga terbagi beberapa jenis yang dimaksud. Tapi pada dasarnya manfaatnya diyakini masyarakat sama," ia menjelaskan.

Bawakaraeng bagi masyarakat setempat merupakan gunung yang sakral. Gunung yang memiliki ketinggian 2.830 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu memiliki arti sendiri. Bawa artinya "Mulut", Karaeng artinya "Tuhan". Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.

Penganut sinkretisme di wilayah kaki Gunung Bawakaraeng meyakini bahwa gunung itu sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Tepat pada 10 Zulhijjah, mereka menunaikan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.