Sukses

Muntilan Masih Terancam Lahar Dingin Merapi

Volume guguran lava yang mencapai puluhan juta meter kubik sewaktu-waktu bisa berubah menjadi banjir lahar dingin.

Liputan6.com, Semarang - Erupsi Gunung Merapi yang dahsyat memang sudah berlangsung tujuh tahun lalu. Namun itu bukan berarti warga yang bermukim di depanjang sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi aman. Besarnya volume guguran lava yang mencapai puluhan juta meter kubik sewaktu-waktu bisa berubah menjadi banjir lahar dingin.

Seperti terjadi pada Sabtu, 18 Maret 2017, hujan yang cukup deras mengguyur Muntilan dan kawasan Gunung Merapi berubah menjadi banjir lahar. Sungai Pabelan sebagai batas barat Kota Muntilan, dan Sungai Blongkeng di batas sisi timur Kota Muntilan, meluap akibat banjir.

Di Sungai Pabelan, sebuah truk harus ditinggalkan pengemudinya dan direlakan untuk hanyut. Awalnya, truk dengan nomor polisi AA 1557 MB sedang mengisi muatan pasir di Sungai Pabelan. Tiba-tiba arus air berubah deras dan air menjadi keruh. Sebelumnya memang hujan sudah berlangsung cukup deras. Truk yang sudah selesai membawa muatan itu kemudian berusaha dipinggirkan oleh Arief, pengemudinya.

"Karena muatan masih basah jadinya berat. Saya paksa, malah as roda patah," kata Arief kepada Liputan6.com, Minggu (19/3/2017).

Warga melihat air sungai Blongkeng yang naik hingga keatas jembatan. (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Menurut Arief, sebelumnya ia memperoleh informasi dari daerah atas atau hulu yang mengatakan terjadi peningkatan debit air di aliran Kali Pabelan. Saat as roda patah, jaraknya hingga tepi aliran Kali Pabelan tinggal beberapa meter. Karena tidak dapat dijalankan, Arif pun turun dari kendaraan dan berusaha naik ke tepi aliran Kali Pabelan. Pada saat itu aliran air sudah mulai tinggi dan arusnya cukup deras.

Sementara di bagian timur Muntilan, Sungai Blongkeng juga banjir. Di kawasan Blongkeng bahkan air meluap hingga naik ke atas jembatan, dengan arus yang sangat deras dan debit air yang sangat tinggi.

Khumaidi, warga Blongkeng Muntilan menyebutkan bahwa banjir di sungai Blongkeng itu pasti juga disertai dengan banjir di Kali Putih. Sebab dua sungai itu memiliki hulu yang sama, dan bermuara juga sama.

"Sejauh ini tidak ada kerusakan yang saya dengar. Namun jelas mengganggu aktivitas warga," kata Khumaidi.

Meskipun sudah banjir lahar berulang kali, material akibat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang menewaskan juru kunci Merapi, Mbah Marijan itu ternyata masih sangat besar. Banjir lahar itu sendiri sejauh ini juga membawa berkah dengan terisinya material pasir dan bebatuan di sungai-sungai yang bisa ditambang warga.