Sukses

Pengalaman Seru Perawat Ponorogo Kerja di Jepang

Perawat Ponorogo harus nego penggunaan jilbab di rumah sakit Jepang.

Liputan6.com, Ponorogo - Profesi sebagai perawat mengantarkan Fitri Setyani (29 tahun) bekerja di Jepang. Perawat asal Ponorogo ini sudah dua tahun bekerja di Jepang.

Fitri ikut program Indonesia-Japan Economy Partnership Agreement (IJEPA). Program itu kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang dalam bidang perawat dan pengasuh lansia.

"Saya jadi perawat di Asahi General Hospital di bagian Kota Asahi, Jepang," tutur Fitri kepada Liputan6.com di Ponorogo, Jawa Timur, Jumat, 17 Maret 2017.

Selama menjadi perawat di Jepang, banyak pengalaman menarik, salah satunya pelarangan pemakaian jilbab di rumah sakit. Ia pun memberanikan diri untuk bernegosiasi masalah jilbab kepada pihak rumah sakit.

Kedua, usai tiba di Jepang, ia harus lulus ujian negara. Dalam ujian negara ini ada ujian bahasa Jepang dan huruf Kanji.

"Di sini semua peralatan medis menggunakan huruf Kanji, jadi ini yang harus dipelajari," kata Fitri.

Fitri pun harus rela setelah 9 jam bekerja, ia harus belajar agar segera lulus ujian negara. Jika lulus ujian ini, ia bisa memperpanjang kontrak kerja sekaligus bisa mendapatkan kesempatan jenjang karier. Jika tidak lulus, ia tidak bisa memperpanjang kontrak dan harus kembali ke negara asal.

"Ketiga, sebagai perawat saya harus memperhatikan betul kebutuhan pasien saya, karena di Jepang peran keluarga sedikit," ucap Fitri.

Fitri mengaku senang dengan pelayanan medis di Jepang karena peralatan medisnya canggih. Selain dirinya, ada dua perawat asal Indonesia, dua perawat asal Vietnam, dan selebihnya perawat asal Jepang sendiri.

Dalam keberangkatannya ke Jepang, ia tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Ia pun mendapat dukungan penuh dari keluarga membuat Fitri semakin yakin mengembangkan karier di Jepang.

"Saya berharap semoga bisa lulus ujian negara supaya bisa memperpanjang masa kontrak kerja di Jepang," ujar Fitri.