Sukses

Jejak Ledakan Gudang Mesiu Target Pejuang Bandung Lautan Api

Jumlah mesiu yang diledakkan dari gudang mesiu 3,5 bulan setelah bumi hangus yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api mencapai 1.100 ton.

Liputan6.com, Bandung - Bekas gudang mesiu yang menjadi target pejuang Bandung Lautan Api, 71 tahun lalu,  sudah tak terlihat lagi terlihat. Sebagai penggantinya berdiri monumen Mohammad Toha di ujung jalan kawasan Dayeuhkolot, tepatnya di sebelah markas Zeni Tempur (Zipur) 3/YudhaWyogrha.

Monumen tersebut dibangun di atas tempat bekas gudang mesiu yang diledakkan Toha. Bekas ledakan dahsyat tersebut saat ini digenangi air kecoklatan, lebih menyerupai kolam. Warga sekitar sering memanfaatkannya sebagai tempat memancing.

Persis di depan kolam didirikan dua buah monumen, bagian depan terdapat patung dada Mohammad Toha. Sedangkan di bagian belakang, sebuah monumen yang menjulang tinggi berbentuk lidah-lidah api dengan tentara yang terperangkap dalam kobarannya.

Tepat di sebelah kiri monumen, terdapat tembok prasasti berisi 15 kotak marmer. Sejumlah nama pejuang yang gugur dalam peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) dipahat di dindingnya. Selain itu, pada bagian atas tembok prasasti ini terdapat ornamen kobaran api.

Di seberang kolam, tampak sebuah tembok memanjang dengan relief cerita seputar BLA. Pada tembok yang didominasi batu andesit berwarna emas terdapat gambar-gambar pertempuran dan tokoh-tokoh bangsa seperti Soekarno dan Hatta, truk-truk militer, tulisan-tulisan dan relief ledakan gudang mesiu.

Sekretaris Dewan Pengurus Cabang (DPC) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kabupaten Bandung Otong Suherman membenarkan jika lokasi tersebut merupakan titik bersejarah dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

"Kolam bekas ledakan masih ada di kedalaman puluhan meter," kata Otong.

Suherman menerangkan, kawasan Dayeuhkolot dulunya tidak begitu ramai seperti sekarang ini. "Kotanya agak sepi, justru ramainya setelah ada pengungsian Bandung Lautan Api," ujar dia.

Dalam sebuah buku yang mengulas pentingnya BLA, ‘Saya Pilih Mengungsi’ yang ditulis tim penulis Ratnayu Sitaresmi, Aan Abdurachman, Ristadi Widodo Kinartojo dan Ummy Latifah Widodo (2013), sebanyak 1.100 ton mesiu diledakkan para pejuang dari dalam gudang mesiu di Dayeuhkolot yang dikuasai Belanda.

2 dari 2 halaman

Langit Bandung Memerah 

Ledakan dahsyat itu terjadi di siang bolong di tengah kecamuknya perang pada 11 Juli 1946, atau sekitar 3,5 bulan setelah peristiwa Bandung Lautan Api. Semua orang terkejut melihat asap tebal membumbung tinggi di langit Dayeuhkolot hingga ke Majalaya.

Para pengungsi yang sudah tiba di Majalaya sempat memandangi langit Bandung yang memerah. Mashudi, seorang saksi menuturkan, Langit di Kota Bandung tampak merah, betul jadi merah itu sekitar jam 24.00 sampai subuh.

Kabar peledakan gudang mesiu itu cepat menyebar. Disebutkan, Toha berasal dari Pasukan Barisan Banteng. Saksi lainnya, LH Lily Sumantri menuturkankan, Toha, Ramdan bersama pejuang lainnya dari Hisbullah yang semuanya berjumlah 11 orang melakukan serangan ke Dayeuhkolot.

Dari 11 orang itu, hanya Toha yang tidak diketahui keberadaan jasadnya hingga kini. Dari semua pejuang yang selamat diketahui Toha ditinggal dalam keadaan luka tembak. Toha tidak mau menjadi beban pasukan. Berbekal geranat, ia berjibaku meledakkan gudang mesiu itu.

Sementara, AH Nasution yang waktu itu Komandan Divisi III menuturkan, saat terjadi ledakan pihaknya sedang mengatur siasat penyerbuan ke Bandung ketika dia bermarkas di Banjaran.

Beberapa tahun setelah Belanda hengkang dari Indonesia, Nasution yang menjabat KSAD diminta meresmikan nama Jalan Raya Banjaran menjadi Jalan Mohammad Toha. Sampai saat ini, Jalan Mohammad Toha dan Jalan Mohammad Ramdan masih menjadi penghubung Kota Bandung dengan Bandung Selatan. (Huyogo Simbolon)

Video Terkini