Sukses

Batu Keong hingga Pelindung Miss V, Koleksi Antik Museum Riau

Batu keong itu tak benar-benar berasal dari cangkang keong, tetapi dari kayu.

Liputan6.com, Pekanbaru - a Berdiri dan diresmikan sejak 9 Juli 1994, Museum Sang Nila Utama yang baru-baru ini kecurian benda pusaka, diklaim Dinas Kebudayaan Provinsi Riau kian berkembang. Jumlah koleksi bertambah tiap tahunnya yang kini mencapai 3.819 koleksi.

Menurut Kepala UPT Museum Nila Sang Utama Sri Mekka, ribuan koleksi itu merupakan bagian dari 10 jenis kategori. Jumlah itu terdiri atas berbagai peninggalan, baik zaman prasejarah, zaman penjajahan, hingga kemerdekaan (berusia 60 tahun).

"Syarat kole‎ksi museum itu berumur di atas 60 tahun," kata Sri Mekka kepada Liputan6.com, Kamis siang, 30 Maret 2017.

Sri menyebutkan, banyak koleksi sudah berusia ratusan tahun. Salah satunya batu keong seberat 1 ton. Batu itu dulunya merupakan ukiran kayu dari peninggalan masyarakat tempatan di Riau yang membatu karena termakan usia.

Berbagai faktor membuatnya menjadi batu dan merupakan koleksi yang paling banyak membuat penasaran pengunjung. "Hal ini membuatnya menjadi membatu dan berbentuk keong," kata Sri Mekka.

Selain Batu Keong, museum juga punya koleksi baju antipeluru yang berusia ratusan tahun. Baju berbahan logam itu diperoleh dari Kabupaten Kampar dan merupakan peninggalan dari zaman Belanda.

Selain itu, ada pula peninggalan zaman prasejarah berupa pelindung alat kelamin wanita yang disebut caping. 'Bikini jadul' itu terbuat dari batok kelapa yang sudah dihaluskan dan diukir serta dilengkapi tali disertai manik-manik.

"Masih banyak koleksi lainnya, baik itu miniatur, senjata tajam berupa tombak, busur panah, dan penggambaran cara hidup suku asli Riau (Sakai)," kata Sri Mekka.

Sebagian besar koleksi juga menggambarkan tradisi Melayu, mulai dari alat musik, keris, tanjak, wadah sekapur sirih dari masa ke masa, hingga pakaian Melayu dari setiap kabupaten yang ada di Riau.

Sri Mekka menyebutkan, kategori koleksi museum terdiri dari benda historis. Kategori ini berbentuk miniatur tentang peradaban masyarakat jauh sebelum kemerdekaan.

"Misalnya Candi Muara Takus dan miniatur Masjid Penyengat," kata Mekka.

Ada pula benda Etnografi yang menggambarkan kehidupan suku bangsa, khususnya di Riau, termasuk peralatan rumah tangga sehari-hari. Benda-benda itu ditemukan dari hasil penggalian dan temuan bawah air, seperti artefak-artefak zaman prasejarah.

"Ada pula benda Biologika seperti binatang yang diawetkan. Geologika seperti bahan tambang, batu bara dan boksit. Selanjutnya Heraldika, berupa lambang-lambang, misalnya lambang Kerajaan Siak," kata Sri Mekka.

Koleksi selanjutnya terdiri dari benda Numismatika yang terdiri dari mata uang kuno. Ada juga Filologika seperti naskah-naskah kuno yang berusia, di mana salah satu syarat bisa masuk museum harus berusia 60 tahun ke atas.

"Jenis koleksi lainnya adalah Keramikalogika atau bahan dari keramik. Misalnya kendi dari abad ke 9 sampai abad ke 20. Ada beberapa koleksi di museum ini dan rata-rata ditemukan di Riau," kata Sri Mekka.