Sukses

Kematian Siswa Insiden Maut Pertama di SMA Taruna Nusantara

Alumni menyatakan SMA Taruna Nusantara tak memiliki sejarah kekerasan meski mengadopsi disiplin ala militer.

Liputan6.com, Semarang - Kematian Krisna Wahyu Nurachmad, siswa kelas X SMA Taruna Nusantara, mengagetkan banyak pihak. Insiden maut itu mengundang simpati dari para alumni sekolah berasrama yang mengadopsi disiplin ala militer.

Melalui Ketua Alumni SMA Taruna Nusantara Rachmad Kaimudin, alumni sekolah unggulan itu menyampaikan duka yang sangat mendalam. Duka disampaikan karena kekerasan bukanlah watak dari metode pembelajaran di sekolah yang berdiri sejak 1990.

"Kekerasan bukanlah budaya pendidikan dan pemngasuhan di almamater . Kami mengecam adanya kekerasan di SMA TN dan meminta agar sekolah memastikan kejadian serupa tidak terulang," kata Rachmad Kaimudin dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (31/3/2017).

Rachmad Kaimudin, Ketua Alumni SMA TN, Mengecam kekerasan yang menyebabkan kematian salah satu siswa SMA TN (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige

Ikatan alumni SMA Taruna Nusantara meminta agar polisi yang mengusut kasus ini secara serius menegakkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

"Terakhir kami meminta support doa dari para alumni untuk almarhum adik kelas kami," kata Rachmad.

Sementara itu, barak tempat Wisnu ditemukan meninggal di baraknya saat subuh tadi langsung ditutup oleh polisi. Garis polisi dipasang dan dijaga sehingga lokasi itu otomatis diisolasi.

Menurut Humas SMA Taruna Nusantara Cecep Iskandar, polisi bergerak cepat mengamankan lokasi kejadian. Selain itu, sejumlah saksi dan barang bukti juga sudah diamankan dan diperiksa.

Krisna Wahyu Nurachmad adalah siswa SMA Taruna Nusantara. Siswa itu ditemukan meninggal di Barak G 17 Kamar 2 B, Kompleks SMA Taruna Nusantara, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Ia ditemukan meninggal oleh pengasuh saat hendak membangunkan siswa untuk salat subuh.