Sukses

H-7 Pencarian, Baru 3 dari 28 Korban Longsor Ponorogo Ditemukan

Petugas SAR gabungan yang mencari korban longsor Ponorogo mulai kehabisan tenaga.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga hari ke-7 pencarian, tim SAR gabungan baru berhasil menemukan tiga dari 28 korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan tim SAR kesulitan mencari korban karena tebalnya material longsor yang mencapai 30 meter di lereng bawah mahkota longsor.

"Volume material longsoran diperkiran mencapai 2-3 juta meter kubik dengan panjang dari bukit asal longsor hingga titik terakhir longsor mencapai 1,22 kilometer," kata Sutopo, Jumat (7/4/2017).

Kendala lainnya adalah hujan yang turun hampir setiap hari. Akibatnya, operasi SAT dihentikan pada pukul 14.30 WIB. Lokasi longsor juga sulit dijangkau yang menantang fisik para petugas SAR.

"Petugas SAR sudah mengalami kelelahan setelah bekerja selama 6 hari sehingga perlu diganti dengan petugas yang baru," ujar Sutopo.

Meski begitu, pencarian korban longsor Ponorogo akan terus dilakukan hingga Sabtu, 15 April 2017. Petugas SAR yang diterjunkan sebanyak 686 orang yang terbagi menjadi empat sektor, yaitu A, B, C dan D, yang didukung dengan 10 alat berat.

"Penambahan sektor D bertugas mengurai material longsoran yang menutup aliran sungai dan mencari korban," kata dia.

Sementara itu, seratusan warga dan relawan bencana longsor Ponorogo menggelar istigasah dan salat gaib berjamaah mendoakan 25 warga yang belum ditemukan diduga meninggal tertimbun tanah longsor.

2 dari 2 halaman

Salat Gaib

Dilansir Antara, ibadah dilakukan di Masjid Jami Desa Banaran yang berlokasi sekitar satu kilometer dari titik akhir longsor yang menimbun 32 rumah warga di Dusun Tangkil dan sebagian Dusun Krajan.

"Melalui doa bersama ini, semoga korban yang masih hilang bisa segera ditemukan," kata pemuka agama Desa Banaran Jazali dikonfirmasi usai salat gaib berjamaah.

Prosesi doa bersama dan salat gaib berlangsung khusyuk. Sejumlah jemaah yang berstatus pengungsi serta warga keluarganya yang menjadi korban menangis haru sambil terus berdoa mengikuti bacaan imam yang memimpin ritual keagamaan tersebut.

"Semoga juga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan," ujar dia.

Jazali menjelaskan, ritual salat gaib diputuskan untuk dilakukan dengan asumsi sebagian besar atau keseluruhan korban telah meninggal dunia. "Kami salatkan menurut agama Islam," kata dia.

Jazali berdoa agar 28 warga yang menjadi korban tanah longsor meninggal dalam keadaan "husnul khotimah".

"Semoga mereka mendapat tempat yang baik serta diterima oleh Allah. Diterima amal baiknya dan diampuni dari segala dosa," ujar dia.

Aktivitas doa bersama rutin sebelumnya juga telah dilakukan siswa-siswi SD Negeri Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur setiap menjelang kegiatan belajar-mengajar untuk 12 siswa dan guru yang berduka karena kehilangan anggota keluarga yang masih hilang tertimbun longsor.

Video Terkini