Sukses

Nagari Koto Kaciak Bakal Jadi Kampung Burung Hantu

Ribuan burung hantu di Nagari Koto Kaciak bakal dikelola menjadi objek wisata.

Liputan6.com, Lubuk Basung - Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Sumatera Barat menargetkan Nagari Koto Kaciak, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, menjadi daerah agrowisata burung hantu beberapa tahun ke depan.

"Untuk mencapai ini, kita berharap dukungan dari Pemkab Agam agar mengalokasikan dana pada APBD untuk penambahan rumah burung hantu, pembangunan jalan usaha tani sekitar lokasi dan lainnya," kata Kepala Bagian Iklim dan Dampak Perubahan Iklim BPTPH Sumbar Mufridawati di Lubuk Basung, dilansir Antara, Minggu, 9 April 2017.

Dengan cara ini, daerah itu akan menjadi tujuan bagi wisatawan untuk melihat secara dekat penangkaran burung hantu, sehingga masyarakat sekitar akan sejahtera. "Apabila ini terwujud, maka akan bermunculan pedagang makanan dan minuman di sekitar lokasi," ucap dia.

Selama ini, kata dia, BPTPH Sumbar telah memberikan bantuan rumah burung hantu di daerah itu pada 2015 sebanyak tiga unit dan pada 2017 sebanyak dua unit. Selain itu, memberikan pelatihan penangkaran burung hantu kepada petani.

Sementara itu, Koordinator Pengamat Hama Kabupaten Agam Asmardi M menambahkan, Nagari Koto Kaciak sangat cocok sebagai lokasi agrowisata burung hantu, karena populasi burung hantu di daerah itu sangat banyak, mencapai ribuan ekor.

"Burung hantu ini banyak ditemukan di gedung MTsN 1 Koto Kaciak dengan jumlah cukup banyak," kata dia.

Selain populasi cukup banyak, nagari itu juga telah memiliki Peraturan Nagari (Perna) tentang pelestarian burung hantu. Bagi warga yang terbukti mengganggu dan menembak burung tersebut, mereka akan mendapatkan sanksi.

"Dengan adanya Perda itu, keberadaan burung predator bagi hama tikus ini tidak terusik," kata dia.

Ia menceritakan, budidaya burung hantu di Nagari Koto Kaciak semenjak lahan pertanian di Kecamatan Tanjung Raya diserang hama tikus. Kecamatan Tanjung Raya, sambung dia, merupakan daerah kronis endemis tikus, sehingga hama tikus hampir setiap tahun menyerang lahan pertanian di daerah itu.

Dengan kondisi itu, Pemkab Agam menganggarkan dana pada APBD untuk pengadaan burung hantu. Burung hantu itu dikembangkan di Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Raya, Palembayan dan Ampek Koto.

Saat ini, populasi burung hantu di empat kecamatan itu sudah mencapai belasan ribu ekor. Dengan meningkatnya populasi burung hantu itu, diharapkan hama tikus tidak lagi menyerang lahan pertanian mereka.

Video Terkini