Liputan6.com, Solo - Satu dekade terakhir Kasunanan Surakarta dilingkupi kekisruhan. Raja kembar berakhir, kini muncul kisruh antara Raja Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi dengan sentana dalem atau adik-adiknya yang tergabung dalam Dewan Adat.
Sejatinya, PB XIII dan para sentana dalem keraton ini memiliki memori yang indah dan rukun saat masih usia anak-anak.cKGPH Benowo, salah satu putra dari PB XII menjelaskan bahwa ayahandanya memiliki 36 putra dan putri. Puluhan putra dan putri itu lahir dari enam istri PB XII.
Keenam istri itu, yakni Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Mandayaningrum, KRAy Rogasmoro, KRAy Retnaningrum, KRAy Pradapaningrum, KRAy Kusumaningrum, dan KRAy Pujaningrum.
"Dari jumlah itu meninggal satu. Meninggal pas umur kurang lebih setahun karena jatuh, lalu gegar otak," ujar KGPH Benowo ketika ditemui di Sasana Putro Kasunanan Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Minggu 9 April 2017 lalu.
Baca Juga
Benowo yang juga Ketua Satgas Panca Narendra atau Tim Lima itu merinci jumlah anak dari masing-masing istri. KRAy Mandayaningrum melahirkan empat putri, KRAy Rogasmoro melahirkan satu putra dan dua putri, KRAy Retnaningrum dianugerahi 3 putra dan 3 putri.
Lalu KRAy Pradapaningrum melahirkan lima putra dan satu putri, sedangkan KRAy Pujaningrum ada enam putri dan lima putra, dan KRAy Kusumaningrum hanya satu putra.
"Memang putra-putri Sinuhun jumlahnya banyak," sebutnya.
Dia mengatakan semasa kecil, seluruh putra dan putri PB XII ini hidup rukun walau berbeda ibu. Dalam kenangannya, ia bersama saudara-saudara lainnya bermain layaknya anak-anak seperti biasanya. Saat itu memiliki banyak kerabat sangat menyenangkan karena bisa bersenda gurau dan makan ramai-ramai.
"Semasa kecil bareng terus, kedekatannya gayeng. Ya main bareng, delikan, jethungan, gobak sodor, engklek. Tidak ada masalah sama sekali," jelas dia.
Saat sekolah tingkat dasar mereka bersekolah di sekolah berbeda. Yang putra sekolah di SD Ksatriyan dan yang perempuan menuntut ilmu di SD Pamardi Putri. Mereka ketika sekolah masing-masing diantar dan ditemani oleh mbok emban.
"Selepas SMP ya naik sepeda sendiri tidak diantar mbok emban lagi. Lalu, SMA naik sepeda motor. Apalagi kuliah, ada yang naik motor, dijemput mobil jemputan," ujarnya.
Selain kebersamaan, memori indah lainnya yang begitu membekas adalah seringnya berwisata bersama. Kala itu, ayahnya Sinuhun PB XII setiap tiga bulan sekali selalu mengajak istri bersama seluruh putra dan putri untuk wisata bersama.
"Dulu itu paling tidak tiga bulan sekali, PB XII mengajak wisata. Semua diajak termasuk semua ibu dan anak-anak naik bus. Yang nyetir bus Sinuhun sendiri dengan bus ukuran sedang. Ya main ke Tawangmangu, Parangtritis, Bandungan, dan Semarang," kenangnya.
Kini kerukunan para penghuni Kasunanan Surakarta seperti dulu saat ini sepertinya memang masih sebatas angan-angan. Menurutnya perseteruan bermula saat Hangabehi naik tahta menjadi Raja PB XIII. Dikatakannya, ayahadanya Sinuhun PB XII beberapa minggu sebelum meninggal mengatakannya jika Hangabehi adalah penerusnya.
"Bei mendapat mandat dari bapaknya. 'Bei koe sesuk sing ganteni aku. Koe kudu iso ngayomi adi-adimu. Mas Tejo (Tedjowulan), kakangmu tulung didampingi. Kan mandat itu jelas, mengapa dipermasalahkan," kata dia.
Advertisement
[vidio:]()