Liputan6.com, Pekalongan - Sudah hampir setengah tahun belakangan kondisi ruas jalan Bojong-Sragi dan Pekajangan-Buaran di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, benar-benar mengenaskan. Kondisi itu, ditambah kehadiran truk-truk 'monster' makin mengancam keselamatan pengguna jalan warga setempat.
Kondisi jalan yang berlubang di kanan-kiri jalan diperparah dengan banyaknya gundukan tanah merah yang tercecer dari truk 'monster'. Truk-truk itu hampir setiap waktu dalam sehari lalu lalang terkait dengan proyek pembangunan jalan tol Pemalang-Pekalongan berhubungan dengan target arus mudik 2017 mendatang.
Jika cuaca terik, ruas jalan tersebut bakal penuh dengan debu dan dihempas kendaraan yang lewat. Sebaliknya, saat hujan, lubang-lubang itu justru menjadi kubangan lumpur. Belum lagi kondisi jalan juga menjadi licin.
Sudah tak terhitung berapa pengendara sepeda motor terjatuh dan truk terperosok ataupun terguling akibat kondisi jalan tersebut. Dari serenteten peristiwa kecelakaan itu, juga ada beberapa yang mengakibatkan warga meninggal dunia.
Baca Juga
Wawan (58), warga Desa Sragi setempat menyebut ada dua truk yang terperosok dan terguling dalam sebulan terakhir. Selain itu, belasan sepeda motor yang terpeleset hingga terjatuh karena kondisi jalan yang licin usai turun hujan.
"Jalannya ambles di bagian bahu jalannya. Jadi, ya wajar jika truk itu sampai terguling, beruntung tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu," ucap Wawan, Rabu 12 April 2017.
Menurut pria 58 tahun itu, kerusakan jalan terjadi sejak truk-truk besar pengangkut material melewati desanya. Apalagi, volume kendaraan besar yang lewat setiap hari mencapai ratusan kali. Ditambah dengan ugal-ugalannya sopir truk makin mengancam keselamatan pengguna jalan.
"Setelah rusak ini, banyak yang terjatuh karena berusaha menghindari lubang dan mencari jalan yang halus. Apalagi kalau hujan jalanya licin sekali karena tanah merah itu yang bercecer di jalanan," ungkapnya.
Wawan bersama warga lain yang geram telah melapor kepada perangkat desa dan sempat menggelar aksi demo hingga beberapa kali. Namun, sampai kini belum ada perbaikan.
Kendati lubang di jalan telah ditimbun tanah merah bekas ceceran truk, lubang baru pasti muncul di sisi jalan lainnya. Ia pun tidak memiliki pilihan selain melewati jalan tersebut setiap hari untuk beraktivitas seperti biasanya.
"Ya, jalan itu kan jalan utama bagi warga yang beraktivitas sehari-hari. Dan juga jalan itu merupakan jalan kabupaten," ungkapnya.
Adapun kontraktor dalam hal ini PT Sumber Mitra Jaya (SMJ) dan PT Waskita Karya dianggap mengabaikan keselamatan warga Sragi, Pekajangan, dan Bojong.
Andi (28) warga lainnya juga meminta keseriusan PT SMJ ataupun PT Waskita Karya segera melakukan penanggulangan keluhan dari warga setempat. Sebab, mereka masih akan terus bekerja sampai target mudik 2017 mendatang, yang mana artinya truk-truk itu masih akan terus lalu lalang di sini.
"Ya jangan hanya jawab bisa dan iya-iya saja. Dulu sudah ada pertemuan dengan warga tapi nyatanya dampak pembangunan tol masih sangat menganggu masyarakat pengguna jalan dan rumah yang berada di jalan yang dilalui truk material untuk jalan tol," ucap Andi.
Sempat Sandera 9 Truk
Pada pertengahan bulan Maret 2017 lalu, akibat kerusakan parah jalan di Kabupaten Pekalongan itu, warga sempat menyandera 9 truk dump milik kontraktor proyek Tol Pemalang-Batang, PT SMJ.
Saat itu, warga merasa kesal pada pihak PT SMJ yang hanya terus berjanji akan memperbaiki sistem pengangkutan yang ramah lingkungan. Nyatanya, setelah beberapa bulan, armada truk pengangkut material tanah uruk tol tetap mengotori jalan-jalan setempat. Akibatnya bila hujan turun jalan akan menjadi licin dan bila panas jalan akan menimbulkan kabut asap.
Akibat jalan licin, banyak pengendara sepeda motor yang rata-rata ibu-ibu dan anak-anak sekolah jatuh karena roda tergelincir. Kemudian bila cuaca terang, kabut asap dapat mengganggu kesehatan warga, terutama saluran pernapasan dan mata.
Selain itu para pedagang makananpun turut dirugikan. Belum lagi juga pengemudi truk yang ugal-ugalan juga menjadi salah satu tuntutan aksi protes warga.
Padahal, Pemkab Pekalongan sendiri telah melakukan MoU dengan PT Waskita Karya dan PT SMJ terkait keluhan warga tersebut. Selain persoalan jalan, warga meminta agar para pengemudi truk dump tidak lagi ugal-ugalan.
Kasatlantas Polres Pekalongan AKP Alan Haekal mengenai kondisi itu mengatakan, persoalan kerusakan jalan yang terjadi di beberapa titik yang dilalui truk pengangkut tanah urukan tol merupakan tanggungjawab dari pihak-pihak terkait. Dalam hal ini Pemkab Pekalongan dan pelaksana proyek.
"Sebelumnya sudah ada MoU antara kedua belah pihak. Kerusakan jalan-jalan di Kabupaten Pekalongan ini merekalah yang berwenang memberikan solusi," ucap Alan Haikal.
Upaya pihak kepolisian untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan ceceran tanah. Alan menegaskan, pihaknya telah memberikan penindakan di tempat jika kedapatan truk bermuatan tanah urukan tidak memasang terpal.
"Kami berikan penindakan di tempat dan tidak diperkenankan jalan kalau sampai ada truk yang membandel tetap tidak memasang terpal ‎saat mengangkut material," dia menambahkan.
Kendati demikian, berulang kali diingatkan oleh petugas kepolisian, namun para sopir truk urukan tanah tetap membandel dengan alasan waktu pengangkutan yang dikejar target.
"Sesuai peraturan undang-undang berlalu lintas berkendara di jalan raya, kalau ada pelanggaran ya jelas kami tindak dan berikan sanksi tilang. Tapi memang petugas sering ingatkan, tapi alasannya sopir disuruh cepat-cepat," ujar Alan.
Â
Advertisement