Sukses

Mengapa FPI Ditolak di Semarang?

Acara malam hari di rumah inisiator FPI Semarang dibubarkan polisi.

Liputan6.com, Semarang - Ingin memperluas pengaruhnya, Front Pembela Islam (FPI) berencana membentuk kepengurusan di Kota Semarang. Ibu Kota Jawa Tengah yang dikenal sebagai kota paling toleran dan menghormati keberagaman itu dipilih karena dinilai sudah terlambat memiliki kepengurusan sendiri.

Penegasan itu disampaikan Ketua Advokasi Hukum Front Pembela Islam Jawa Tengah, Zaenal Abidin Petir. Pembentukan itu merupakan keputusan FPI Pusat yang menilai organisasi itu harus ada di Semarang.

"Di Semarang, FPI akan menjadi ormas yang humanis, tidak anarkis dan taat dengan hukum. Kami akan bersinergi dengan masyarakat. Kami juga akan membantu masyarakat yang memang memerlukan bantuan baik hukum atau lainnya," kata Zainal Abidin Petir, Jumat (14/4/2017).

Rencana pendirian FPI di Semarang ternyata tak mudah. Puluhan organisasi massa yang ada di Semarang menentang kehadiran FPI.

Kumpulan ormas itu bahkan menggalang dukungan masyarakat yang menginginkan Semarang tetap adem dan menghormati toleransi dan keberagaman.

Puncak gerakan menolak FPI terjadi kemarin. Massa dari puluhan ormas mengepung rumah Zainal Abidin Petir di Jalan Pergiwati I No. 19, Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara.

Ratusan polisi yang dipimpin Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Abiyoso Seno Aji berupaya mencegah terjadinya bentrokan.

Ferry Marhaen, dari Laskar Merah Putih menuturkan FPI harus ditolak hadir di Semarang karena berdasar rekam jejaknya, FPI dinilai selalu menebar kebencian dan sering bertindak intoleran. Padahal, sambung dia, Semarang bisa maju karena disangga beragam komponen suku, agama, etnis, maupun budaya.

"Kami minta acara ini dibubarkan. FPI kami tolak di Semarang. Saya minta kepada FPI jangan dibentuk di Semarang. Di daerah luar Semarang, keberadaan FPI selalu rusuh," kata Ferry.
 
Iwan Cahyono,dari Patriot Garda NKRI menyebut Semarang tidak membutuhkan FPI. Yang dibutuhkan adalah sosok kreatif yang bisa bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat membangun kota Semarang.

"Di banyak tempat, FPI selalu merusak dan menggelar sweeping secara anarkis. Kami juga merasa kecolongan karena dalam jadwal pembentukan FPI disebutkan jam 20.00 WIB. Kita minta FPI dibubarkan, jangan ada di Kota Semarang," kata Iwan.

2 dari 2 halaman

Dibubarkan Polisi

Menghadapi penolakan sejumlah ormas yang memobilisasi dukungan publik, Kapolrestabes Semarang Kombes Abiyoso Seno Aji pada Kamis malam, 13 April 2017, mencoba memediasi dua kelompok bertentangan.

Zainal Abidin Petir selaku inisiator pembentukan kepengurusan FPI Kota Semarang diajak berunding dengan kelompok penentangnya. Zainal yang juga komisioner di Komisi Informasi Daerah Jawa Tengah itu tak bisa melawan ketika Kapolrestabes Semarang menyatakan pembentukan DPW FPI Semarang resmi dibatalkan.

"Kami tak berpihak siapapun. Polisi hanya berpihak kepada keamanan dan kenyamanan masyarakat. Jadi demi keamanan dan kenyamanan bersama, acara ini (DPW FPI Semarang) resmi dibubarkan," kata Abiyoso.

Keputusan itu, menurut Abiyoso, didasari fakta bahwa sebagian besar warga menolak ada FPI di Semarang. Penolakan terhadap FPI sudah terdengar sejak lama, di mana setiap ada kegiatan masyarakat yang berbeda, selalu memancing hadirnya eksponen FPI.

Misalnya Pork Festival, di mana festival makanan berbahan babiyang ditujukan bagi kalangan terbatas selalu dipermasalahkan eksponen FPI. Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat terbatas, tetapi dipublikasikan melalui media massa.

Kapolrestabes Semarang juga menyebutkan masalah keamanan sudah menjadi tanggung jawab polisi yang dilindungi undang-undang. "Ada FPI atau tidak, Semarang tetap harus aman. Terkait keamanan dan lain-lain sudah ada kami," kata Abiyoso.

"Saya hanya berpihak pada keamanan dan saya akan menindak keras orang yang memprovokasi keributan," dia menambahkan.

Kehadiran ormas FPI di Semarang ditolak karena dianggap sebagai ormas intoleran dan suka berbuat anarkhis. (foto : Liputan6.com/ Edhie Prayitno Ige)

Setelah resmi dibubarkan, tokoh-tokoh FPI yang hadir akhirnya dievakuasi dengan kendaraan taktis (rantis) Barakuda polisi. Mobil barakuda meninggalkan rumah Zainal Abidin Petir dengan pengawalan ketat.

Terpisah, Zainal Abidin Petir mengatakan bahwa FPI berdiri sebagai pengawal Pancasila, bukan anti-Pancasila. Pembentukan kepengurusan kota Semarang sendiri sudah dilangsungkan siang hari.
 
"Pembentukan DPD Kota Semarang sudah dilakukan pukul 12.00 WIB siang tadi. Saya disodori teman FPI yang diserahkan ke DPD dan diteruskan ke DPP untuk pelaksanaan pembentukan FPI," kata Zainal.

Atas pembubaran itu, Zainal mengatakan bisa menerima keputusan Kapolrestabes Semarang. Ia menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan di rumahnya sebenarnya hanya diskusi dan pengajian saja. Meski begitu, ia akan mengevaluasi tentang pembubaran itu.