Sukses

Cerita Mistis Arca Manik, Batu Misterius dari Gunung Gede

Batu Arca Manik dan Arca Domas kadang mengeluarkan suara alat musik gamelan.

Liputan6.com, Bogor - Peninggalan sejarah purbakala yang menyimpan kisah misteri banyak tersebar di daerah Jawa Barat. Salah satunya batu Arca Manik dan Arca Domas di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Dua batu megalitikum tersebut kini disimpan dalam sebuah kotak lemari di ruangan Kepala Sekolah MTS Terpadu Yapisa Megamendung.

"Ada dua buah batu yang disimpan dalam lemari, yaitu disebut Arca Manik atau batu gamelan dan Arca Domas," kata Kepsek MTS Terpadu Yapisa Megamendung, Dade Abdullah, Rabu, 19 April 2017.

"Sengaja disimpan di lemari biar tidak jadi fitnah dan musyrik," kata dia menambahkan.

Sejak batu tersebut disimpan tergeletak di lantai ruangannya, banyak masyarakat Bogor maupun dari daerah lainnya datang untuk mencari berkah.

"Sering melakukan ritual di sekolah ini," kata dia.

 

Meski disebut batu gamelan, bentuk batu itu jauh menyerupai bentuk gamelan Bonang. Batu itu berwarna hitam dan hanya seukuran separuh dari pelukan orang dewasa.

Masyarakat setempat meyakini jika dua buah batu itu ajaib dan ada penunggunya, yaitu Dewi Kentring Manik, yang kerap berwujud seorang perempuan cantik berbadan ular.

Keanehan lainnya, batu Arca Manik ini dapat mengeluarkan suara bonang gamelan saat malam tertentu seperti malam Jumat Kliwon. Batu ini bisa berpindah tempat sendiri secara misterius.

"Wakil kepala sekolah pernah menabuh batu itu, suaranya pun sama seperti alat musik gamelan. Tapi, besoknya tangannya seperti lumpuh selama tiga bulan," kata Dade.

Bahkan, Dade pernah memindahkan batu Arca Manik dari ruang kepala sekolah ke ruang kelas. Akan tetapi, keesokan harinya batu tersebut pindah secara misterius ke tempat semula.

"Rupanya batu Arca Manik tidak mau dipisahkan dengan batu Arca Domas," kata dia.

Batu Arca Manik di Megamendung (Liputan6.com / Achmad Sudarno)

Banyak cerita mistis lainnya sejak bangunan peninggalan Belanda itu dijadikan sekolah pada 1994. Mulai dari pelajar hingga guru sering melihat penampakan sosok putri berbadan ular dan makhluk halus lainnya.

Setiap minggu selalu saja ada siswa MTS Yapisa yang kerasukan setelah melihat makhluk halus, hingga akhirnya mereka memilih keluar dari sekolah tersebut.

"Sebelum diberi bantalan, batu gamelan ini sering bergetar sendiri di dalam lemari," ujarnya.

Hingga kini, makhluk yang ada di sekolahan masih menampakkan diri meski tidak sesering tahun-tahun sebelumnya.

"Sekarang sudah mulai jarang. Kalau pun ada yang kerasukan biasanya orangnya sompral," ucap Dede.

 

2 dari 2 halaman

Sejarah Batu Arca Manik dan Arca Domas

 

Juru Pelihara Situs Purbakala Megamendung, Jajang, menjelaskan dua batu tersebut merupakan situs bersejarah megalitikum. Berdasarkan hasil penelitian beberapa arkeolog dari Indonesia maupun dari Belanda, batu Arca Manik dan Arca Domas tersebut diperkirakan berumur 2000 SM.

Menurut Jajang, batu tersebut pertama kali ditemukan oleh orang Belanda di kawasan Gunung Gede Pangrango. Kemudian dipindahkan dan disimpan di tempat mereka tinggal, yang kini menjadi sebuah MTS Yapisa.

"Setelah pergi ke negara asalnya, bangunan itu diambil alih oleh PTPN dan sampai sekarang batu itu masih tersimpan dalam ruangan," kata dia.

Menurutnya, batu tersebut pun pernah dicuri oleh salah satu karyawan PTPN, tapi berpindah lagi ke tempat semula.

"Batu ini mistisnya sangat kuat. Saya pun pernah mendengar sendiri bunyi gamelan berasal dari batu itu," ujarnya.

Selain batu Arca Manik dan Arca Domas, di kawasan tersebut juga ditemukan lima buah arca peninggalan megalitik.

Kini, kelima arca yang berbentuk patung dewa tersebut disimpan di pelataran rumahnya.

"Kalau tidak saya simpan, pasti bakal hilang atau dirusak oleh masyarakat yang tidak paham sejarah," ujarnya.