Liputan6.com, Pekanbaru - Saat ini banyak ponsel berbasis sistem operasi Android beredar di pasaran. Sebagai pesaing utama iOS besutan Apple, Android memang digandrungi banyak produsen ponsel lain.
Dengan harga yang terjangkau dan jauh lebih murah ketimbang iPhone, ponsel Android digemari masyarakat. Bahkan, banyak pihak seakan wajib memiliki ponsel berbasis sistem robot hijau tersebut.
Seperti cerita DS di Kabupaten Kampar, Riau, yang berurusan dengan polisi karena kewajiban punya ponsel Android. Pemuda asal Bekasi, Jawa Barat itu tega membunuh temannya sendiri, Johannuddin gara-gara mengincar ponsel Android miliknya.
Advertisement
DS ngotot ingin memiliki ponsel Android karena diwajibkan perusahaan tempatnya bekerja guna menunjang kelancaran komunikasi. Di satu sisi, dia tidak punya uang untuk membeli. Karena itu dia menghabisi nyawa Johanuddin yang punya ponsel Android.
Usai membunuh dan mendapatkan ponsel Android milik Johannuddin, DS kabur. Selama dua pekan pencarian, DS akhirnya ditangkap polisi di wilayah Agrosari, Pacitan, Jawa Timur.
Kapolres Kampar AKBP Edy Sumardi Priadinata menyebutkan, Johannuddin dibunuh DS di Kubang Jaya, Kecamatan Siakhulu, Kabupaten Kampar, pada 12 April 2017 sekitar pukul 17.30 WIB. Jasad Johannuddin kemudian dibuang di semak-semak dan ditemukan warga sekitar.
Baca Juga
Awalnya, penyidik Reskrim Polsek Siakhulu dibantu Sat Reskrim Polres Kampar kesulitan mengidentifikasi karena tidak ada identitas di lokasi penemuan jasad. Petugas kemudian memeriksa saksi-saksi yang mengenal Johannuddin.
"Dari sana diketahui korban bekerja sebagai pegawai tempat jualan bakso di Kecamatan Kampar Kiri. Kemudian diketahui juga siapa orang terakhir yang ditemui korban," kata pria yang sebentar lagi dilantik jadi Wakil Kepala Polresta Pekanbaru ini, Rabu (26/4/2017) pagi.
Setelah identitas pelaku diketahui, Polres Kampar membentuk tim bersama Polsek Siakhulu. Pelacakan pelaku dilakukan selama dua pekan hingga akhirnya diketahui berada di Kabupaten Pacitan. Di tempat kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, pembunuh Johannuddin ditangkap.
"Pelaku saat ini masih dalam perjalanan ke Kampar, Riau, setelah ditangkap pada 25 April petang kemarin. Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan lagi setelah tersangka tiba," ujar Edy.
DS yang menjadi tersangka kasus pembunuhan memberikan keterangan berbelit-belit kepada penyidik. DS sempat menyebut Johanuddin selalu menangih utang dan membuatnya dendam, hingga akhirnya mengajak ketemuan di Siakhulu.
Pengakuannya lalu diubah. DS menyebut pembunuhan yang dilakukannya gara-gara perusahaan tempatnya bekerja mewajibkan karyawan punya ponsel berbasis sistem operasi Android untuk berkomunikasi.
"Karena tidak punya uang, pelaku mengaku tertarik dengan ponsel korban dan berniat merampasnya. Dari sanalah diduga muncul ide pembunuhan," kata Edy.
Pengakuan korban, perusahaannya mewajibkan punya ponsel Android dengan alasan bisa memperluas relasi dan jaringan kerja. Ketiadaan ponsel Android itu akan membuat keberadaan DS di perusahaannya terancam.
"Dari sini kemudian pelaku menyusun rencana merebut ponsel korban dan membunuhnya," kata Edy.
Edy menyebut keberadaan DS di Pacitan terlacak pada 24 April 2017. DS sendiri mengaku kabur setelah membunuh dan mengambil ponsel Android milik Johannuddin.
DS juga berusaha menghilangkan jejak dengan mengambil tanda pengenal Johannuddin. Selama pelarian, DS kerap berpindah-pindah tempat guna menghindari pengejaran polisi.