Sukses

Polisi Enggan Beri Santunan Pendidikan Anak Korban Razia Berdarah

Polisi hanya beri santunan kemanusiaan dan biaya pengobatan korban tewas razia berdarah di Lubuklinggau, padahal dia adalah kepala keluarga.

Liputan6.com, Palembang - Insiden razia berdarah yang menimpa satu keluarga di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Selasa, 18 April 2017, masih menyisakan kesedihan bagi keluarga korban.

Tidak hanya ditinggal pergi oleh kedua korban jiwa penembakan, keluarga korban razia berdarah itu juga kehilangan salah satu tulang punggung keluarga.

Indrayani (35) menjadi salah satu korban razia berdarah yang meninggal seminggu usai kejadian.

Warga Desa Blitar, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ini meninggal setelah peluru menembus bagian lehernya.

Korban akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Senin (24/4/2017) subuh sekitar pukul 05.00 WIB.

Sebelumnya, korban sempat mengalami masa kritis dan dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang.

Dari informasi yang diperoleh, bapak tiga anak itu ternyata merupakan tulang punggung keluarga. Anak-anaknya masih mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD), istrinya hanyalah ibu rumah tangga (IRT) biasa.

Bahkan di rumahnya, ada kedua mertuanya yang tidak mampu lagi bekerja dan sakit-sakitan. Indrayani lah yang memberi nafkah keluarga dan membiayai pengobatan kedua mertuanya. Sehari-hari, Indrayani harus berangkat ke kebun pohon aren untuk menyadap gula aren.

Menurut Kaswan, ayah Indrayani, mereka bingung bagaimana nasib keluarga sang anak ke depannya setelah ditinggal pergi Indrayani. Terlebih, dirinya juga masih dirundung duka karena sang istri, Surini (57), juga menjadi korban tewas razia berdarah tersebut.

"Anaknya masih kecil-kecil semua, entah bagaimana nasib mereka nanti," ucap dia kepada Liputan6.com, Kamis (27/4/2017).

Terbesit harapan Kaswan agar pihak kepolisian memberikan perhatian khusus, terutama untuk kelangsungan hidup keluarga Indrayani. Apalagi, ketiga cucunya tersebut masih harus melanjutkan pendidikan di bangku sekolah.

Namun, keinginan Kaswan sepertinya hanya tinggal harapan. Sebab, pihak kepolisian tidak berencana memberikan bantuan lebih, termasuk biaya pendidikan anak-anak Indrayani.

Hal itu disampaikan Kapolda Sumsel Irjen Agung Budi Maryoto. Mereka hingga kini hanya memberikan santunan kemanusiaan, seperti biaya pengobatan luka tembak yang dialami korban.

"Sampai sekarang tidak ada untuk santunan (biaya sekolah anak korban Indrayani)," kata Kapolda.

Saat ditanyakan apakah keluarga Brigadir K akan bertanggung jawab terhadap hal itu, Agung kembali menegaskan bahwa hal tersebut tidak tercantum di dalam kebijakan hukum.

"Tidak ada dalam hukum (keluarga tersangka) menanggungnya," kata dia.