Sukses

Colenak, Kuliner Manis Pelengkap Minum Kopi, Pernah Coba?

Kuliner khas Jawa Barat ini memang pas sebagai pelangkap saat menikmati segelas kopi.

Liputan6.com, Garut - Pernah dengar colenak saat jalan-jalan di Bandung atau sekitarnya? Bagi masyarakat Sunda tentu kuliner khas Jawa Barat ini tak asing lagi di lidah mereka saat mudik atau sekadar nongkrong melepas lelah.

Dicocol enak, demikian orang Sunda menyebut Colenak sebagai jajanan sehari-hari. Bermodalkan tape, gula merah serta parutan kelapa yang dicampur kacang yang sudah ditumbuk, tentu makanan menjadi pelengkap di tengah hidangan kopi panas saat santai. Tentu menggoda lidah anda bukan?

"Berapa mang?" tanya Yuli, salah seorang remaja asal Bandung yang tengah berlibur paska menikmati satu porsi colenak.

Sejurus kemudian, Mamat sang penjual colenak menjawab, "Lima ribu neng." Harga colenak memang murah dan tak menguras kantong.

Tak cuma di Bandung, bagi anda yang tengah menikmati libur panjang nasional di kota intan Kabupaten Garut, Jawa Barat saat ini, tentu juga bisa mencicipi kuliner ringan satu ini.

"Colenak Madurasa", demikian tulisan yang tertera di kaca sebuah gerobak makanan kaki lima di bilangan jalan Veteran Kabupaten Garut misalnya. Makanan itu sudah menjadi langganan bagi tamu atau pelancong yang tengah menghabiskan liburan di Kabupaten Garut.

Tumpukan arang hitam dalam sebuah wajan usang dengan satu set alat panggang, siap membakar setiap tape singkong yang telah menguning yang ditata rapi dalam roda. "Tapenya khusus jenis mentega yang dikirim langsung dari Cicalengka," ujar dia saat ditemui Sabtu, 29 April 2017.

Pemilihan bahan baku yang tepat kata dia menjadi jurus untuk mempertahankan rasa, sebab meskipun adonan gula yang ia buat rasanya enak, namun jika tapenya mudah basi, menjadi sia-sia. "Kadang tape pasar tidak masuk (tidak terpakai)," imbuhnya.

Mamat mengatakan, colenak yang ia jajakan bisa dinikmati semua usia, sehingga tidak ada kekhawatiran bagi semua golongan untuk menikmati kuliner manis ini. "Semua bahan yang kami jual alami, tidak ada kimianya," kelekar dia mengklaim makanan dagangannya aman dikonsumsi.

2 dari 2 halaman

Eksis 30 Tahun Lebih

Mamat menjelaskan, usaha yang ia jalankan saat ini merupakan warisan orangtuanya. "Bapak saya merintis sekitar tahun 80-an, lalu kami lanjutkan sekitar tahun 1997," kata dia mengenang.

Colenak Madurasa yang ia jual terkenal akan rasa adonan gula dan parutan kelapanya yang kental, sehingga saat tape bakar matang, adonan gula merah yang ditaburkan dengan kacang bubuk tadi, sangat pas dengan lidah pengunjung.

"Biar ada rasa asamnya sedikit, kami sedikit campuri jeruk lemon dan madu," kata dia sedikit membuka rahasia adonan colenak yang melegenda itu.

Agar adonan gula yang kental tidak sia-sia, Mamat menyarankan agar pembakaran tape saat dipanggang jangan terlalu matang bahkan gosong. "Kebanyak (membakar) sampai gosong, akhirnya ya sedikit pahit karena tapenya terbakar," ujarnya.

Kedua, agar hasil pembakaran lebih wangi, usahakan menggunakan tempurung kelapa, selain bara api yang merata juga tidak menimbulkan sempulan asap yang berlebih. "Kalau banyak asapnya kan tidak enak juga buat makanan (tape)," uhar dia.

Karena rasa khasnya itu, tak jarang dalam sehari sekitar 150 porsi ludes terjual, bahkan khusus momen liburan atau idul fitri, angka penjualannya naik drastis. "Ya bisa dua kali lipat, tergantung juga tergantung pengunjung," ujarnya.

So, bagi anda yang tertarik jajanan murah dan tradisional yang melegenda, makanan yang satu ini bisa dicoba. Ayo buruan datang sebelum kehabisan.