Liputan6.com, Purbalingga - Sroto sebenarnya sebutan bagi soto oleh orang 'panginyongan' di Purbalingga, Jawa Tengah. Tak hanya penyebutannya yang unik, soto di wilayah ini juga memiliki racikan yang unik.
Jika lazimnya semangkok soto hanya kuah berisi bihun, toge, irisan daun bawang, irisan daging, sambal serta kerupuk ditambah nasi atau kupat, warga Purbalingga justru menghilangkan bihun dengan daging kelapa muda sebagai ciri khas sroto mereka.
Semakin unik karena soto atau sroto disajikan dalam batok kelapa muda yang masih lengkap dengan sabutnya. Jadilah Sroto Kelapa Muda atau yang tenar disingkat dengan Sroto Klamud.
Menu kreatif itu hasil karya Hadiyah Rubi Wahyuni atau yang biasa dipanggil Yuni. Selain mangkoknya yang unik dan daging kelapa muda, racikannya selebihnya sama dengan sroto khas Banyumasan pada umumnya, yaitu potongan ketupat, daun bawang, potongan daging (bisa memilih daging ayam kampung atau sapi), sambal kacang kemudian disiram dengan kuah dan ditaburi bawang goreng.
Bihun yang diganti dengan kelapa muda yang menjadi kunci kekhasan kuliner satu ini. Daging kelapa muda sudah dikukus terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa mentahnya agar bisa nyambung dengan baik. Hasilnya, Sroto Klamud lebih enak dan memberikan cita rasa unik karena teksturnya lebih kenyal dan segar.
Baca Juga
Advertisement
Dari mana datangnya inspirasi Yuni menemukan menu itu? Ceritanya juga sederhana. Suatu hari, ayahnya memetik kelapa muda untuk cucu-cucunya dan ternyata sisanya banyak.
Akhirnya, Yuni yang memang sudah lama menggeluti kuliner, mencoba berkreasi membuat soto dengan kelapa muda. Hasil buatannya kemudian dibagikan ke tetangga.
"Ternyata anak-anak tetangga suka banget. Beberapa kali saya coba dan sempurnakan agar semakin diterima di lidah dan kemudian memberanikan diri membuka usaha Sroto Klamud ini dan dari awal saya bertekad membuka usaha tanpa meminjam uang," ujar Yuni berkisah kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Usahanya berkembang pesat. Sroto Klamud segera membetot perhatian masyarakat luas. Keunikan dan keenakannya menjadikan Sroto Klamud salah satu kuliner favorit di Kota Knalpot itu.
Gerai yang terletak agak ‘mblusuk’ di Desa Toyareja, tak menghalangi pengunjung datang merubungi. Tak hanya dari Purbalingga juga berbagai kota di sekitarnya.
Untuk merasakan menu ‘Mak Nyong’ itu tak menguras kantong kok. Harga satu porsinya hanya Rp 18 ribu. Kalau mau tetap dengan mangkok biasa, Yuni juga menyediakan dengan harga Rp 15 ribu. Ada juga sroto original yang tak menggunakan kelapa muda dengan banderol cuma Rp 10 ribu.
Tak hanya berinovasi di bidang soto, Yuni juga berkreasi untuk membuat minuman khas pendamping Sroto Klamud. Salah satu menu andalanya adalah Es Jondol akronim dari Es Kacang Ijo Cendol. Berbeda dengan cendol pada umunya, Jondol terbuat dari ekstrak kacang hijau, kuahnya pun bukan santan akan tetapi susu.
Dengan paduan yang sangat serasi, Sroto Klamud dan Es Jondol sayang dilewatkan Anda jika sedang bertandang ke Purbalingga.