Sukses

Lagu Indonesia Raya dan Pembedaan Kasta Tahanan Rutan Pekanbaru

Lagu Indonesia Raya bisa menenangkan hati para tahanan Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru yang mengaku diperlakukan diskriminatif oleh sipir.

Liputan6.com, Pekanbaru - Kehadiran personel TNI berperan penting dalam proses mediasi dalam konflik di Rumah Tahanan Klas IIB Sialang Bungkuk Kota Pekanbaru, Riau, sejak ratusan tahanan kabur pada Jumat, 5 Mei 2017.

"Kami menggunakan pendekatan persuasif, tidak membawa senjata apa pun. Alhamdulillah ini membuahkan hasil, bahkan kami membangkitkan jiwa korsa tahanan untuk berdamai," kata Komandan Kodim 0301/Pekanbaru Letkol Inf Tunjung Setyabudi, dilansir Antara, di Rutan Klas IIB di Jalan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Minggu, 7 Mei 2017.

Ia mengatakan, pihak Rutan meminta bantuan TNI sejak kerusuhan terjadi. Saat TNI tiba di tempat kejadian, kondisi tahanan penuh amarah dan melakukan resistensi kepada petugas Rutan dan kepolisian yang bersenjata lengkap.

"Saat kondisi panas waktu itu, saya hanya berempat bersama anggota. Tidak bawa sangkur maupun pentungan saat masuk ke dalam, dan tahanan bisa ditenangkan," ujarnya.

Menurut dia, proses mediasi mengalami pasang surut karena beberapa tahanan melempari batu dan merusak mobil-mobil di bengkel Rutan. Namun, TNI tetap tidak menggunakan kekerasan untuk menenangkannya.

"Kami ajak mereka menyanyi Indonesia Raya bersama-sama dan akhirnya mereka tenang sampai sekarang," kata Tunjung.

Video amatir yang direkam prajurit TNI saat mereka bernyanyi Indonesia Raya bersama tahanan Rutan itu belakangan viral di media sosial. Dalam video itu, tahanan dan prajurit terlihat sangat akrab, bahkan tahanan sampai membuat poster sederhana bertuliskan "Love TNI".

Tunjung mengatakan, ada sekitar 30 prajurit TNI yang kini berada di Rutan untuk mengamankan dan membantu proses rehabilitasi. "Prajurit kami juga membantu membersihkan blok Rutan dan memperbaiki pintu yang dirusak akibat kerusuhan," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM memastikan masih ada 269 tahanan dari total 448 orang yang melarikan diri dari Rutan Sialang Bungkuk, Pekanbaru. Insiden itu menguak perlakuan buruk pada tahanan 'miskin'.

Selain pelayanan seperti fasilitas air bersih, tahanan juga kerap mendapat perlakuan kasar dari sejumlah sipir. Perlakuan berbeda antara tahanan 'berduit' dengan ‎penghuni 'miskin' juga kerap dialami ratusan tahanan.

Tak hanya itu, tahanan juga mengalami pungutan liar (pungli) oleh sipir, terutama bagi mereka yang ingin bertemu keluarga serta berniat menghubungi kerabatnya dari luar.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ferdinan Sigiaan usai bernegosiasi dengan tahanan tidak menampik hal tersebut. Ia menyebut bakal ada sanksi dari Kanwil Kemenkum-HAM terhadap sipir yang kerap memukuli tahanan dan melakukan pungli.

"Aturannya tidak ada itu, tidak dibenarkan," kata Ferdinan.

Kepada wartawan, Ferdinan mengaku kekerasan dan pungli yang dialami tahanan tidak diketahuinya meski dirinya sering berkunjung ke Rutan di Jalan Sialang Bungkuk itu.

"Saya sering ke sini, tidak tahu saya sebelumnya. Ini baru tahu, ini yang akan dibahas besok," terang Ferdinan.

Ferdinan menyebut bentrok antara tahanan dengan petugas Rutan terjadi di blok C dan D. Sementara, blok A yang diisi tahanan korupsi dinyatakannya tidak membuat kerusuhan.

Dia menyebut kondisi di blok itu dirusak ratusan tahanan yang mengamuk. ‎Pintu dan selnya masih rusak dan akan diperbaiki jika amarah ratusan tahanan bisa diredam.