Liputan6.com, Yogyakarta - Masuknya agama Islam ke Nusantara ternyata tidak hanya dibawa para pengembara dari Gujarat dan Persia, tetapi juga yang para pengelana asal China. Namun, peran pengelana dari Negeri Tirai Bambu itu tidak begitu banyak diketahui.
Untuk kembali mengingatkan sejarah, PP Muhammadiyah menggelar Symposium Internasional Genre Sosial Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia.
Ketua panitia, Deni Asy'ari, berharap simposium itu akan memberikan perspektif yang lain tentang keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya peran mereka bagi perkembangan bangsa dan Muhammadiyah.
"Ada temuan baru yang kami peroleh bahwa pendiri-pendiri Muhammadiyah di beberapa daerah itu dari Tionghoa seperti Ambon Maluku dan Bengkulu," ujarnya, Senin, 8 Mei 2017.
Deni mengatakan peran Tionghoa dalam membangun Islam di Nusantara sudah dirintis sejak lama, tapi kepingan sejarah penting itu seolah hilang sehingga muncul kebencian pihak-pihak tertentu terhadap etnis itu. "Ada budaya-budaya mereka yang akan kita ulas dan kita akan bedah secara akademis," ujarnya.
Advertisement
Baca Juga
Deni menjelaskan awalnya simposium ini akan digelar bersamaan dengan penyelenggaraan Pilkada DKI pada 19 April 2017. Namun, acara dimundurkan menjadi hari ini, Rabu (10/5/2017), untuk mencegah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu. Ia juga menegaskan simposium itu digelar tanpa muatan politik, tetapi murni akademis.
"Acara ini murni akademis dan tidak ada muatan politik. Nantinya acara ini tidak hanya digelar di Indonesia tapi juga di Tiongkok," ujarnya.
Simposium Internasional Genre Sosial Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia rencananya dimulai pada pukul 09.00 WIB, di Hotel Inna Garuda, Jalan Malioboro, Yogyakarta. Acara itu akan dihadiri sejumlah tokoh Muhammadiyah dan tokoh lainnya, yaitu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, Buya Syafii Maarif, Ekonom Syafii Antonio, pakar ilmu sosial Hew WAI Weng, Gubernur DIY Sultan HB X, dan pembicara lainnya.