Liputan6.com, Yogyakarta - Buah mangrove banyak berserakan di tepi pantai. Namun, masih sangat jarang orang yang memanfaatkan keberadaan buah sarat gizi itu.
Fakta itu melatarbelakangi sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menyulap buah mangrove yang memiliki nama ilmiah Rizophora stylosa ini menjadi kudapan lezat dan sehat.
Norlaili Isnaini dan Fatma Rani Usnita mahasiswi Fakultas Kehutanan, serta Aisya Fitri Abdillah mahasiswi Fakultas Biologi, dan Emy Puspita Yuendini mahasiswi Fakultas Geografi mengubah buah mangrove yang tidak memiliki nilai ekonomis menjadi bernilai jual tinggi. Caranya dengan mengolah menjadi keripik mangrove yang diberi label Krimang atau singkatan dari kripik mangrove.
Baca Juga
"Kebanyakan buah mangrove hanya dibiarkan begitu saja, terjatuh di bawah pohon dan terkadang ada yang mengambil untuk pembibitan kembali," ujar Norlaili di UGM, Selasa 9 Mei 2017.
Ia menuturkan camilan yang mereka buat tidak hanya mampu meningkatkan nilai jual buah mangrove, namun juga baik untuk kesehatan. Sebab, buah mangrove mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh.
https://www.liputan6.com/dashboard/images
"Kami mendapatkan buah mangrove dari kelompok petani mangrove di daerah asalnya yakni Madura, dan buah dijual Rp 150 per biji," ucapnya.
Ia menguraikan cara pembuatan keripik mangrove. Pertama-tama, buah dicuci bersih, dikupas, lalu diiris tipis. Selanjutnya, irisan itu direbus lalu dikeringkan di bawah terik matahari.
Setelah kering, irisan buah mangrove direbus kembali lalu diblender hingga halus dan dicampur dengan bahan tambahan berupa bumbu yang telah dihaluskan dan tepung terigu. Adonan diaduk hingga kalis. Terakhir, adonan dipipihkan dan siap untuk digoreng.
Ada tiga varian rasa Krimang, yakni S1 dengan rasa original tidak pedas, S2 dengan rasa pedas, dan S3 dengan rasa ekstra pedas.
Keripik buah mangrove dipasarkan dalam kemasan 110 gram. Harganya cukup murah, yakni Rp 8.000 per satu kemasan.