Sukses

Pojok Braille Mudahkan Penyandang Tuna Netra Peroleh Ilmu

Pojok Braille dibuat khusus bagi pengunjung difabel, khususnya tuna netra yang ingin memperoleh ilmu di Perpustakaan Kota Malang.

Liputan6.com, Malang - Penyandang difabel khususnya tuna netra kini bisa bersama-sama dengan masyarakat umum membaca buku di Perpustakaan Kota Malang, Jawa Timur. Sebab, di perpustakaan milik Pemkot Malang itu disediakan Layanan [Pojok Braille](Pojok Braille Mudahkan Penyandang tuna Netra Peroleh Ilmu "") atau Lapo Bra.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Malang, Joko Yuwono mengatakan, secara gagasan Layanan Pojok Braille muncul sejak 2013 silam, tetapi baru bisa direalisasikan pada 2015.

"Perpustakaan khusus penyandang difabel itu sudah banyak. Tapi perpustakaan umum yang memfasilitasi penyandang tuna netra setahu saja hanya ada di sini," kata Joko di Malang, Rabu 10 Mei 2017.

Layanan Pojok Braille menempati sepetak ruang di lantai dua gedung Perpustakaan Kota. Ada tiga rak yang dua di antaranya dipenuhi 2.000 koleksi buku beraksara braille.

Buku didapat dari Balai Penerbit Braille Indonesia (BPBI) Abiyoso di bawah naungan Kementerian Sosial. Terdapat berbagai jenis buku, seperti pengetahuan umum, kesehatan, dan agama.

Sebuah Al-Quran Braille juga tersedia di perpustakaan umum ini. Satu rak lagi dipenuhi ratusan CD Audio berisi materi bahan pelajaran serta novel yang diputar di tiga unit talking book. Layanan ini memudahkan penyandang tuna netra tidak perlu membaca karena bisa mendengarkan buku yang dibacakan secara otomatis melalui sistem digital.

Selain itu, ada empat unit komputer yang sudah dilengkapi aplikasi Nonvisual Desktop Acces. Perangkat teknologi ini bisa dimanfaatkan penyandang tuna netra jika ingin mengetik langsung di Pojok Braille. Serta, masih banyak fasilitas lain yang disediakan.

Joko Yuwono menyebut dalam satu minggu rata-rata pengunjung tuna netra sebanyak 40 orang. Mayoritas adalah penyandang disabilitas yang tergabung di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra (RSCN) Malang yang berkunjung tiap Senin. Ada juga mahasiswa difabel dari sejumlah perguruan tinggi yang berkunjung ke Pojok Braille.

"Kalau siswa RSCN biasanya kami jemput menggunakan bus sekolah yang sudah kami sediakan," ucap Joko.

2 dari 2 halaman

Rencanakan Antar Jemput Difabel

Pemkot Malang juga berencana menyediakan satu unit mobil untuk antar jemput penyandang difabel sebagai fasilitas Perpustakaan Kota. Rencana pengadaan mobil itu diusulkan dalam Perubahan Alokasi Keuangan (PAK) APBD 2017 ini.

Meski demikian, Joko mengakui Perpustakaan Kota Malang baru ramah terhadap penyandang difabel khususnya tuna netra. Sedangkan, fasilitas pendukung seperti akses masuk bagi penyandang tuna daksa masih belum maksimal.

"Kami tahun depan berencana mengubah tata ruang perpustakaan serta menambah sebuah lift agar lebih ramah pengunjung berkebutuhan khusus," ucap Joko.

Staf layanan Perpustakaan Kota Malang, M Daimul Iksan menjelaskan, dahulu Layanan Pojok Braille menempati ruang khusus di lantai bawah tetapi dipindah ke lantai atas permintaan penyandang difabel itu sendiri.

"Mereka meminta ada kesetaraan dengan dipindah ke atas bisa berbaur bersama pengunjung umum lainnya. Sekarang tugas kami menyosialisasikan ke pengunjung umum agar bisa berbaur seperti biasa," ucap Iksan.

Semua staf termasuk juru parkir di Perpustakaan Kota Malang telah dilatih oleh Kementerian Sosial melayani penyandang difabel. Meski tak bermaksud membedakan, tetap harus ada perlakuan khusus kepada tamu penyandang difabel itu.

"Tiap penyandang tuna netra yang datang pasti dijelaskan detail tata ruang sampai letak tiap benda yang ada di perpustakaan," ucap Iksan.

Pada 2016, di Kota Malang tercatat jumlah penyandang tuna netra sebanyak 1.338 jiwa atau 0,12 persen dari total jumlah penduduk kota Malang. Sementara, koleksi buku di Perpustakaan Kota Malang lebih dari 198.000 eksemplar dengan 98.000 judul buku.