Liputan6.com, Bandung - Menelusuri sejarah nama sebuah jalan banyak berkaitan dengan berbagai unsur. Misalnya, berkaitan dengan aspek budaya di lingkungan masyarakatnya.
Banyak jalan di Indonesia yang namanya punya keterikatan dengan sesuatu atau memiliki makna dari tempat jalan itu berada.
Salah satunya Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Jawa Barat yang dikenal juga dengan Jalan Dago. Dari mana asal nama Dago sebenarnya berasal? Berikut penjelasannya.
Dahulu kala pada masa kolonial Belanda, penduduk di kawasan Bandung Utara memiliki kebiasaan untuk saling menunggu sebelum pergi ke kota. Jalan yang digunakan masih berupa jalur setapak yang kala itu menjadi satu-satunya akses bagi penduduk ke pasar.
Konon, jalan menuju pasar di Kota Bandung ini masih dikuasai oleh para perampok serta rawan binatang buas, terutama di daerah hutan sekitar Terminal Dago.
Baca Juga
Kondisi tersebut membuat penduduk selalu pergi bersama-sama karena alasan keamanan. Lama kelamaan, warga terbiasa silih dagoan di suatu tempat di kawasan Dago. Kata menunggu dalam bahasa Sunda adalah "dagoan".
Pada masa itu, kawasan Dago juga dijadikan sebagai rumah peristirahatan dan kawasan elit dikarenakan kondisi alamnya yang sejuk. Pembangunan di Dago dimulai pada tahun 1905 oleh Andre van der Brun, di mana dia membangun rumah peristirahatan. Rumah tersebut masih berdiri hingga sekarang.
Selain rumah peristirahatan, di kawasan Dago juga dibangun Dago Thee Huis atau sekarang dikenal dengan Dago Tea House. Bangunan itu dibangun pada tahun 1920 oleh Bandoengsche Comite tot Natuurbescherming atau Komite Perlindungan Alam Bandoeng.
Sedangkan pembangunan jalan Dago sendiri dimulai pada tahun 1915 dan diberi nama Dagostraat. Pemerintah kota kemudian mengubah nama Dagostraat menjadi jalan Ir H Juanda pada tahun 1970. Pada tahun yang sama juga menandai kawasan Dago yang berubah dari daerah hunian menjadi wilayah komersial.
Terdapat pula Supermarket Superindo (Gelael) pada tahun 1987. Keberadaan sarana komersial tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk mengunjungi kawasan Dago.
Pada dekade 1990-an, kawasan Dago berubah wajah. Kawasan ini dibidik oleh pelaku usaha factory outlet yang terus berkembang pada era tersebut.
Kini, pelaku usaha lainnya mendirikan hotel, restoran dan gerai-gerai lainnya di sepanjang jalan Ir H Juanda yang menanjak ini.
Melihat pesatnya bangunan berdiri saat ini, wajar jika kawasan Dago terdapat banyak hotel atau penginapan, karena kawasan ini dulunya memang tempat beristirahat. Belum lagi Kota Bandung juga kerap menjadi destinasi pelancong dari berbagai daerah lain sebagai tempat berlibur, menambah esensi Dago sebagai kawasan beristirahat.
Advertisement