Liputan6.com, Garut - Peristiwa kaburnya napi di Rumah Tahanan Kelas II B Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau beberapa waktu lalu, menjadi cambuk lembaga pemasyarakatan untuk berbenah. Tak terkecuali Balai Pemasyarakatan (Bapas) Garut, Jawa Barat.
Balai yang membawahi wilayah Priangan Timur (Garut, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Pangandaran), Jawa Barat itu baru-baru ini melatih para napi anak untuk berternak lele.
"Pidana penjara (bagi anak-anak) banyak negatifnya dari pada positifnya, makanya perbanyak keterampilan agar mereka punya bekal," ujar Direktur Bimbingan Pemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Djoko Setiyono, di Garut, Jawa Barat, Senin (15/5/2017).
Dalam acara penyerahan hibah KUBE kepada Anak Berkonflik Hukum (ABH) Mandiri di Bapas Garut tersebut, Djoko menekankan perlunya pembinaan para napi secara ekonomi dan tidak hanya rohani, sehingga punya bekal saat dewasa nanti.
"Sebab, (napi) ada yang melanggar hukum itu karena alasan ekonomi untuk penghidupan. Nah, caranya untuk bimbingan mereka, ya seperti ini (berternak lele)," ujarnya.
Dalam praktiknya, napi anak yang belum genap berusia 18 tahun itu diajari seluk beluk berternak lele, mulai benih, bahan makanan ternak, peralatan hingga cara budidaya lele agar menjadi bekal buat mereka. "Untuk anak itu, tidak orientasi kerja tapi terampil dulu," kata dia menambahkan.
Baca Juga
Advertisement
Semua bahan Kube (kelompok usaha bersama) itu diberikan secara cuma-cuma hasil donasi Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut untuk Bapas. "Biar kami yang binanya. Jadi, ada sinergitas bersama (pemerintah) untuk membina mereka (napi anak)," ujarnya.
Kepala Balai Pemasyarakatan Garut Lilis Yuaningsih mengatakan pembinaan dengan menitikberatkan pada keterampilan, sangat ampuh untuk mencegah terulangnya kasus yang menimpa narapidana anak.
"Ke depannya tidak hanya ternak lele, nanti ada desain grafis, kan itu murah. Mereka jadi bisa mendesain gambar seperti di mug ada namanya, buat pin dan lainnya," kata dia.
Lilis mencontohkan pembinaan melalui peningkatan keterampilan untuk meningkatkan taraf ekonomi lebih maksimal daripada hanya pembinaan di penjara. "Menanam tanaman hidroponik dan las kendaraan kan sudah jalan, dan hasilnya jelas (dampaknya) buat napi ada bekal saat mereka kembali ke masyarakat," ujarnya.
Aka Setiadi, salah satu napi anak-anak binaan Lembaga Pendidikan Kementerian Sosial (LPKS) kota Banjar mengapresiasi upaya Bapas Garut mengoptimalkan minat napi anak-anak untuk berusaha. "Jelas senang, apalagi kami diajari bagaimana budidaya lele sama bertani hidroponik," kata dia.
Ke depan, ia berharap upaya peningkatan soft skill napi anak melalui keterampilan seperti ini untuk diperbanyak. "Kan masih banyak kawan-kawan seusia yang membutuhkan perhatian seperti ini (budidaya lele), kalau hanya di dalam (lapas) kami jenuh," ujarnya.
Dalam penyerahan bantuan itu, Dinas Perikanan dan Peternakan kabupaten Garut memberikan bantuan berupa benih lele, bahan pakan dan peralatan budidaya hingga Rp 50 juta. Rencananya pihak Bapas akan mengoptimalkan bantuan itu untuk pembinaan keterampilan napi anak di Priangan Timur.