Liputan6.com, Palembang - Sesi foto prewedding yang dijadwalkan jelang pernikahannya pada 5 September 2017 hanya tinggal kenangan. Chatarina Wiedyawati (30), calon pengantin wanita, ditemukan meninggal dunia dengan luka parah akibat pukulan keras.
Jasad alumni Magister Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu ditemukan warga di Jalan Sungai Sedapat, Lorong Setia RT 41/RW 08, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarame Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis, 11 Mei 2017. Kabar duka itu bahkan diterima keluarganya melalui berita di akun Instagram.
Saudara sepupu korban yang pertama kali memberitahu informasi tersebut. Melihat adanya kemiripan dengan anaknya, Paulus Selamet (59), ayah Wiwit, sapaan akrab korban, langsung berangkat dari Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, ke Palembang.
Ia bersama keluarganya ingin memastikan bahwa korban dugaan pembunuhan tersebut adalah anak kandungnya. Pada Senin, 15 Mei 2017, Paulus langsung mendatangi Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang dan mencocokkan DNA dan menjalani pemeriksaan antemortem, postmortem, hingga gigi.
"Hasil tesnya cocok. Jenazah anak saya langsung dibawa ke RS RK Charitas Palembang," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu, 17 Mei 2017.
Baca Juga
Advertisement
Wiwit yang bekerja di perusahaan di Kabupaten Prabumulih awalnya berpamitan pada sang ayah pada Sabtu, 6 Mei 2017 untuk pergi bersama calon suaminya, Asworo, ke Yogyakarta.
Mereka berencana melakukan sesi foto prewedding dan membeli kebutuhan pernikahan di Yogyakarta. Mereka sekeluarga juga berencana akan pindah ke Yogyakarta setelah menikah nanti.
Namun pada Sabtu sore, nomor telepon Wiwit dan Asworo tidak bisa dihubungi. Merasa ada kejanggalan, akhirnya Paulus mengecek ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang untuk melihat daftar penumpang yang berangkat pada Sabtu.
"Tidak ada nama anak saya dan Asworo dalam daftar penumpang pesawat ke Yogyakarta. Saya coba terus menghubungi mereka, tapi nomor teleponnya tidak aktif," katanya.
Selama ini, lanjut Paulus, Wiwit tidak pernah bercerita masalah apa pun tentang kisah asmaranya hingga jelang pernikahannya ini. Calon pengantin itu bahkan tampak semangat mengurus semua persiapan pernikahannya.
Begitu juga dengan calon menantunya. Asmoro bahkan sering mampir ke rumahnya di Tanjung Enim.
Calon Suami Menghilang
Hubungan Wiwit dan Asmoro diketahui baru dijalin sekitar satu tahun lalu. Mereka bertemu karena sering beribadah di gereja yang sama.
Sebelum keberangkatan anaknya dan Asmoro ke Yogyakarta, Paulus tidak merasakan ada kejanggalan dan firasat apapun hingga ia mendengar kabar anaknya sudah meninggal dunia secara tak wajar.
Pihaknya berharap calon menantunya tersebut dapat ditemukan, sehingga bisa menyibak misteri pembunuhan anaknya tersebut. "Kami sekeluarga berharap pelakunya cepat tertangkap dan penyebab Wiwit meninggal juga bisa terungkap," ujarnya.
Sebelum dibawa pulang oleh keluarganya, tim dokter RS Bhayangkara Palembang sudah melakukan visum. Dari hasil visum luar, korban diduga meninggal karena banyaknya luka akibat pukulan keras yang menghantam beberapa bagian tubuhnya.
"Terdapat luka di bagian kepala depan dan belakang, luka di wajah dan bagian langit-langit gigi. Semua luka diduga karena terkena pukulan keras," ucap Iptu Edinson, Pamin Yandokpol RS Bhayangkara Palembang.
Pihak kepolisian yang mengusut kasus ini masih menyelidiki kasus itu lebih dalam. Pihaknya sudah mengantongi informasi dari beberapa saksi yang melihat korban dan Asmoro.
Menurut Kanit Polsek Sukarame Iptu Marwan, dari pengakuan saksi, korban dan calon suaminya berangkat dari Prabumulih ke Palembang menggunakan mobil Toyota Innova. Namun pada malam harinya, Asmoro pulang ke kontrakannya di Prabumulih sendirian, tanpa ditemani korban.
"Kita masih melakukan penyelidikan. Informasi saksi juga sangat penting untuk mengungkap kasus ini," ujar Marwan.
Advertisement
Rencanakan Pernikahan Sejak Natal
Sosok Wiwit dikenal hangat di mata kerabatnya. Rencana pernikahan dengan kekasihnya yang dipacari sejak satu tahun lalu juga sudah diumumkan kepada keluarga besar pada Natal tahun lalu.
"Desember kemarin dia datang ke Yogyakarta bersama dengan pacarnya untuk mengurus persiapan menikah di gereja yang prosesnya panjang," ujar Georgius Supartono (48), paman Wiwit, Rabu, 17 Mei 2017.
Wiwit menetap di Yogyakarta bersama dengan keluarga besar dan neneknya sejak SMA. Sementara, orangtua alumnus SMA Santa Maria Yogyakarta ini tinggal di luar Jawa bersama dengan adik bungsu Wiwit yang bernama Febri (13).
"Orangtua Wiwit kerja di perusahaan batubara di Tanjung Enim dan keponakan saya bersekolah di Yogyakarta," kata Supartono.
Selepas SMA, Wiwit meneruskan pendidikan tinggi di Universitas Sanata Dharma dan melanjutkan program magister di Universitas Gadjah Mada. Sejak 2014, ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di Prabumulih, Sumatera Selatan.
Supartono menilai keponakan perempuannya itu sebagai sosok yang ramah dan ceria. Menjelang kematian Wiwit, Supartono juga tidak merasakan firasat aneh.
"Semua yang dilakukan positif, jadi tidak ada firasat atau tanda-tanda akan pergi," ucapnya.