Sukses

Cara Pintar agar Anak Suka Membaca Sejak Dini

Gerakan membaca buku sejak dini didasari masih rendahnya minat baca anak-anak terhadap buku.

Liputan6.com, Garut - Pada Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei 2017 lalu, puluhan anak-anak korban musibah banjir bandang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendapatkan bimbingan membaca gratis dalam kampanye "Gerakan Sadar Membaca" yang diadakan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Garut (Uniga).

Ketua pelaksana Gerakan Sadar Membaca Garut, Lani Permata Sari, mengatakan, gerakan membaca buku sejak dini dijalankan dengan dasar masih rendahnya minat baca anak-anak terhadap buku.

"Makanya, kami menyediakan ragam buku yang bisa dipilih mereka sesuai usianya," ujar dia, Rabu, 17 Mei 2017.

Upaya tersebut, ujar dia, dimaksudkan agar anak usia dini terbiasa membaca buku sebagai bekal pengetahuan untuk masa depannya. "Minat baca buku anak-anak usia dini masih terbilang minim," ujarnya.

Adapun anak-anak korban banjir bandang Garut pada September 2016 ini dipilih karena mereka membutuhkan hiburan untuk memulihkan trauma.

Dalam kegiatan yang dipusatkan di aula Badan Perpustakaan Daerah Garut tersebut, anak-anak usia dini korban banjir bandang Garut tersebut dibebaskan memilih buku dan kemudian membacanya. Selanjutnya, mereka diminta untuk menyimpulkan isi buku tersebut.

"Bagi yang berhasil menyimpulkan secara benar, kami beri bingkisan hadiah untuk menyenangkan mereka," kata dia.

Tak jarang dari hasil membaca yang diperoleh peserta kampanye itu, panitia meminta peserta yang didominasi anak korban banjir itu untuk mempresentasikannya sendiri. "Biar mereka terbiasa berbicara di depan umum," ucap dia.

Data Badan Pusat Statistik mencatat kegiatan membaca masyarakat Indonedia terbilang rendah. Untuk mendapatkan informasi utama, warga lebih tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9 persen), mendengarkan radio (40,3 persen), dan diikuti membaca koran (23,5 persen).

Sementara, Internasional Education Achiecment (IEA) mencatat kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi. Angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak Sekolah Dasar.

Â