Sukses

Pesona Pagi di Puncak Gunung Sirung yang Manjakan Mata

Keindahan pagi hari di Gunung Sirung, Alor, NTT, pun sempat memukau puluhan peserta Festival Adventure Indonesia.

Liputan6.com, Alor - Gunung Sirung dipromosikan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, menjadi salah satu kawasan menarik bagi para pendaki di Indonesia. Keindahan pagi ataupun sore hari bisa dinikmati dari puncak gunung dengan ketinggian 862 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.

Gunung ini terletak di Desa Mauta, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, NTT. Pada September 2015, Gunung Sirung bahkan masuk dalam rute Festival Adventure Indonesia. Festival ini diikuti puluhan pendaki dalam dan luar negeri.

Di tengah gunung terdapat danau kawah. Danau seluas lapangan sepak bola itu akan terlihat setelah mencapai puncak gunung itu. Banyak pendaki menjadikan danau itu sebagai latar belakang setiap melakukan pemotretan.

Yosten Molina, salah satu aktivis Palang Merah Indonesia (PMI) Alor yang telah sekali sampai ke kawah gunung itu mengatakan, untuk sampai ke puncak itu maka terlebih dahulu mendapatkan izin dari Pos Pemantau di Desa Tude.

"Dari Desa Tude dilanjutkan ke Desa Mauta untuk melapor diri di pemerintahan desa," ucap Molina kepada Liputan6.com, Senin, 22 Mei 2017.

Menurut Molina, waktu terbaik untuk melakukan pendakian adalah pagi hari. Karena itu, ia menyarankan bagi para calon pendaki gunung yang berminat untuk bermalam di Desa Mauta.

Pada puncak gunung itu ada kawah berupa danau. Bila berada pada posisi tepat, danau itu tampak seperti sebuah lukisan karya para maestro.

Puncak itu akhir-akhir ini sudah mulai dikunjungi orang. Kebanyakan dari mereka berkemah, tapi tidak sedikit yang memilih kembali pada sore harinya. Yang kembali adalah mereka yang hanya ingin merasakan sensasi saat pendakian saja.

Bila berkemah di puncak gunung itu, menurut Molina, mereka akan merasakan suasana yang berbeda. Pagi hari akan dibangunkan kicauan berbagai jenis burung, disambut aroma lava dari kawah, dan sinar matahari pagi yang penuh kegenitan. Sedangkan pada sore hari, para pendaki akan melihat matahari tenggelam tepat di depan mata.

"Tiupan angin pun sepertinya telah diatur. Embusan angin itu memang bikin kita benar-benar tidak ingin pulang. Maunya di situ terus," ujar Molina.

"Kawah yang dalam foto itu jaraknya sekitar satu sampai dua kilometer dari tempat saya duduk," aktivis pariwisata ini menambahkan.

Sebagai gunung tertinggi di Pulau Pantar, dari puncak gunung itu bisa dilihat setengah dari pulau itu. Sementara sisi lain Pulau Pantar, Alor, dihalangi oleh puncak-puncak gunung lain yang duduk menumpuk.

Jangan tanya soal garis pantai. Di beberapa sisi pantai yang terlihat, tampak hamparan pasir yang tengah menyendiri tanpa satu pun lalu lintas orang di atasnya.

"Memang gunung itu agak mistis. Tapi semua gunung pasti punya cerita yang sama. Jadi jangan munculkan itu di pikiran kita. lihat saja kebun milik warga dan batu-batu vulkanik sepanjang perjalanan ke puncak," kata Molina.