Liputan6.com, Jayapura - Batu-batu seukuran dua kepalan tangan orang dewasa masih berserakan di halaman Wisma 172 Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura, Papua. Botol-botol dan pecahan kaca masih tersebar di halaman depan wisma tersebut.
Bekas pembakaran ban di sepanjang jalan dekat kediaman Kasrem 172/Praja Wira Yakhti, Letkol Inf Johanes Krismadi juga masih membekas dengan warna hitam. Papan nama Wisma 172 Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura, yang terbuat dari kayu juga terlepas karena dirusak massa.
Daun-daun dan ranting bekas dibakar juga masih dibiarkan berada di beberapa titik di lokasi kejadian. Terlihat pula garis polisi militer yang melintang di rumah kayu itu. Beberapa kaca juga terlihat pecah. Hanya terlihat lima anggota TNI yang berjaga di depan wisma itu.
Wisma 172 yang terletak di Jalan Sentani, Abepura, menjadi lokasi amuk massa. Massa melemparkan botol, kayu, dan batu usai beredarnya foto dan kabar yang menyebutkan anggota TNI di dalam wisma itu membakar kitab suci salah satu agama di dalam bak sampah.
Baca Juga
Siang itu massa marah dan meminta anggota tersebut menyerahkan diri dan bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Massa terus mendesak dan melempari benda keras ke arah aparat yang berada di lokasi kejadian.
Lemparan batu disusul bunyi tembakan untuk membubarkan massa berlangsung lebih dari tiga jam lamanya. Pada Kamis, 25 Mei 2017 sekitar pukul 17.00 WIT, suasana Kota Jayapura kembali normal. Walau demikian, sebagian warga masih takut untuk keluar rumah.
Advertisement
Pada Jumat pagi tadi, Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar bertemu dengan Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama, tokoh-tokoh masyarakat se-Kota Jayapura. Acara yang berlangsung di Kantor Wali Kota Jayapura dihadiri Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Supit, serta Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano.
Di depan pemuka agama dan tokoh masyarakat, Boy Rafli menyatakan tidak ada insiden pembakaran kitab suci salah satu agama di Kota Jayapura, Papua, seperti yang tersebar di media sosial. Hasil penyelidikan sementara polisi, yang terbakar adalah buku "Asal Usul Agama" karya Thomas Wang.
Polisi Telusuri Penyebar Isu
"Polisi masih terus menyelidiki siapa pelaku penyebar isu pertama kalinya di media sosial. Semua masih kami telusuri. Belum ada tersangka dalam kasus ini. Kami juga belum mengamankan pelaku kejadian dalam kasus tersebut," kata Boy.
Adapun aparat penyelidik dari Polisi Militer Kodam Cenderawasih telah memeriksa satu anggota TNI. Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI George Supit berjanji akan menyelesaikan kasus tersebut secara transparan.
"Saya yang bertanggung jawab atas kasus ini. Anggota ini akan diproses sesuai secara terbuka dan transparan. Kalau memang terbukti ada unsur kesengajaan, tetap diberikan dihukum," ujar George Supit.
Terbakarnya buku-buku yang berjudul "Asal Usul Agama" karya Thomas Wang terjadi saat anggota TNI membersihkan rumah Kasrem 172/Praja Wira Yakhti. Buku-buku tersebut berada dalam dus yang tersimpan di gudang. Anggota TNI yang melakukan pembersihan lalu membakar dus yang berisi buku-buku tanpa mengetahui buku-buku dalam kardus tersebut.
"Seseorang lalu mengambil foto dan menyebarkan di media sosial (medsos) dan isu yang belum terkonfirmasi kebenarannya itu lalu menyebar dan memprovokasi warga. Saya minta maaf atas situasi ini, karena sudah bertindak lalai," ujar Pangdam Cenderawasih.
Ia yakin anak buahnya hanya lalai dan tidak ada unsur kesengajaan. Apalagi, lokasi kejadian berada di kediaman Kasrem 172/PWY Letkol Inf Johanis Krismadi yang adalah penganut Katolik yang kitab sucinya adalah Alkitab.
Pangdam Cenderawasih meminta pengguna medsos di Papua tidak menyebarkan hal-hal yang belum tentu benar dan merugikan dengan informasi yang menyesatkan. Sebab, orang lain bisa terpengaruh.
"Masyarakat dan orang yang menggunakan medsos harus cermat menyaring berita hoax, agar tidak terjadi ekses lebih lanjut dan berakibat kerugian," kata George Supit.
Sementara itu, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Mayjen TNI Hinsa Siburian yang melihat langsung lokasi kejadian di Wisma 172 menyebutkan peristiwa tersebut sangat manusiawi sekali. Saat itu, anggota TNI sedang membersihkan gudang.
"Tidak ada unsur kesengajaan dalam hal ini. Namun, karena berita ini disebarluaskan begitu cepat lewat medsos dan memprovokasi warga," Hinsa menjelaskan.
Mantan Pangdam Cenderawasih ini pun mengatakan Kasrem yang mendiami rumah tersebut adalah seorang Kristiani dan baru saja menjalankan Minggu Palma dalam ajaran Katolik.
"Tak ada niat sedikit pun para prajurit ini membuat hal-hal seperti itu, apalagi prajurit sudah disumpah," ujar Wakasad.
Advertisement
Korban Amuk Massa
Saat amuk massa di Wisma 172 Padang Bulan, Abepura, Kapolresta Jayapura, AKBP Tober Sirait dan Ajudannya, Bripda Nyoman masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Jayapura. Tober mendapatkan pukulan bertubi-tubi pada bagian wajah dan dadanya.
Sedangkan Nyoman kena lemparan batu, hidung retak dan beberapa bagian tubuhnya memar karena pukulan benda tajam. Keduanya masih menjalani perawatan di Ruang Cenderawasih 1 dan Cenderawasih 2 pada rumah sakit polisi tersebut.
"Ini semua berkat pertolongan Tuhan. Kami masih diberikan napas kehidupan. Ini mukjizat," kata Tober di Jayapura, Jumat (26/5/2017).
Tober menuturkan, ia dan Bripda Nyoman dikeroyok massa, sehingga ajudannya itu masuk ke got. Tober berhasil menyelamatkan diri, lari ke Korem 172 yang berjarak sekitar 300 meter.
Adapun Nyoman terus mendapatkan pukulan dan hantaman benda tajam. Namun, Wakapolsek Abepura dan beberapa polisi berhasil menyelamatkan Nyoman dari amukan massa.
Sementara dari pihak TNI, ada sekitar tujuh personel yang terluka terkena lemparan batu dan benda tajam. "Ada yang kena bagian mata dan kepala belakang," kata Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI George Supit.
Untuk korban sipil, sementara ada tiga orang yang terkena rekoset (peluru yang memantul setelah mengenai objek tertentu) peluru. Dua di antaranya dirawat di Rumah Sakit Abepura, sedangkan satu orang di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Jayapura.
"Kami tidak menggunakan peluru tajam. Semua ada peluru hampa," kata Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar.