Liputan6.com, Purbalingga - Masih Ingat Sumanto dari Purbalingga? Sumanto pernah membuat geger seantero negeri karena kelakuanya yang nyeleneh. Alkisah, pada awal 2003, pria asal Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah itu diketahui membongkar kuburan seorang nenek dan memakan daging mayatnya.
Akibat perbuatannya, Sumanto yang dijuluki 'Manusia Kanibal dari Purbalingga', kemudian diganjar hukuman penjara 5 tahun. Akan tetapi, karena berkelakuan baik, Sumanto tak menjalani hukuman penuh dan keluar dari hukuman penjara pada 2006 lalu. Usai dari penjara, Sumanto kemudian tinggal di Pondok Rehabilitasi Mental An-Nur di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga.
Setelah menjalani rehabilitasi, Sumanto saat ini sudah normal. Namun, terkandang senang berbicara ngelantur yang tidak jelas.
"Ketika diminta menghafalkan Pancasila, meski tidak sempurna betul, Sumanto ternyata bisa. Penyebutan urutan sila dalam Pancasila itu terkadang terbalik, namun setelah diluruskan, mau juga," kata Iwan salah satu pengasuh di Pondok An-Nur, Kamis 1 Juni 2017.
Menurut Iwan, daya ingat Sumanto sebetulnya juga lumayan kuat. Ia bisa menghafalkan hal-hal tertentu, tapi ada syaratnya. "Biasanya dia minta uang Rp 15 ribu untuk membeli rokok," tutur Iwan.
Advertisement
Baca Juga
Aktif Ibadah
Selama bulan Puasa, Sumanto juga berpuasa meski tidak rutin. Iwan menceritakan satu kejadian lucu. Suatu saat, ada pedagang siomay lewat, malah dipanggil saat tengah berpuasa.
"Sumanto habis sampai empat piring. Ngaconya, setelah makan, Sumanto langsung tertidur dan tidak membayarnya. Pedagang siomay itu harus menunggu sampai berjam-jam. Ketika Sumanto bangun dan tidak memberikan uang juga akhirnya pedagang siomay itu menagih bayaran pembelian siomay ke pengasuh pondok KH Supono Mustajab," kata Iwan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Sumanto yang saat ini masih ditempatkan pada kamar dengan halaman yang terpagar. Pihak pengasuh juga tidak memperbolehkan Sumanto bebas keluar tanpa pengawasan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Pernah suatu ketika Sumanto diizinkan keluar, ternyata mendatangi warung dan mengambil satu bungkus besar kacang, satu bungkus besar roti kering dan berbagai macam rokok.
"Jika ditotal harganya mencapai Rp 600 ribu. Lagi-lagi, Sumanto tak mau membayar dan pemilik warung akhirnya menagih ke pak Kyai," ujar Iwan.
Iwan juga mengungkapkan, Sumanto sering diajak mengikuti pengajian di luar kota oleh KH Supono. Saat pengajian, Sumanto juga diberikan kesempatan berbicara.
"Wejangannya bagus, Sumanto meminta peserta pengajian untuk menyumbang uang guna pembangunan masjid. Sumbangan ya jangan Rp 2.000, kaya membayar orang kencing di terminal. Paling tidak ya Rp 20 ribu, syukur Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu," tutur Iwan menirukan ucapan Sumanto saat mengisi pengajian.
Â