Liputan6.com, Purbalingga – Nama awamnya labu madu (Cucurbita moschata). Buah yang dikenal di luar negeri dengan nama pumpkin butternut itu sedang naik daun. Selain bentuknya unik mirip kacang tanah, daging buahnya yang berwarna mentega itu memiliki rasa manis dengan tekstur lembut.
"Tingkat kemanisan akan semakin meningkat setelah buah disimpan minimal dua bulan. Daya simpan buah juga lama mencapai enam bulan," kata Ketua Asosiasi Petani Hortikultura (Aspehorti) Purbalingga, Bambang Nuryono, di Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu, 31 Mei 2017.
Tak hanya enak, labu madu juga baik untuk kesehatan karena mengandung serat yang tinggi, antioksidan, beta karoten, vitamin A dan B kompleks. Labu madu juga baik digunakan sebagai makanan pendamping ASI untuk bayi.
Menurut Bambang yang juga pengurus kelompok tani Bangkit Lestari, petani di Purbalingga labu madu sangat cocok ditanam di Purbalingga. Pangsa pasarnya juga tidak kesulitan.
"Konsumen rata-rata kalangan menengah ke atas," kata Bambang,
Selain nilai jual yang tinggi, budidaya buah yang juga dikenal dengan nama butternut squash ini juga menarik untuk dijadikan daya tarik agrowisata. Potensi itu kini tengah digarap oleh kelompok tani Bangkit Lestari, Desa Pekuncen, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga.
Baca Juga
Advertisement
Mereka menggagas agrowisata hortikultura dengan labu madu sebagai primadonanya. Selain labu madu, di areal kelompok tani Bangkit Lestari juga ditanam bawang merah, melon hijau dan melon kuning.
"Jika di beberapa tempat di Purbalingga ada wisata petik buah jambu, petik strawberry, kami mencoba mengembangkan agrowisata petik buah labu madu. Mungkin bentuknya yang unik dan belum banyak dikembangkan menjadi daya tarik tersendiri," kata Bambang.
Ia berpendapat pengembangan wisata petik labu madu tersebut sangat memungkinkan. Apalagi, Desa Pekuncen berada di sebelah Desa Wisata Limbasari yang dikenal wisata arung jeram dan kampung batiknya.
"Prasarana jalan juga sangat mendukung. Untuk mencapai kebun kami sangat mudah. Tempat parkir luas karena dekat dengan lapangan sepakbola," katanya.
Rencananya, paket wisata petik labu madu akan dikenakan biaya terjangkau. Petik labu madu di lahan langsung hanya akan dikenai biaya sekitar Rp 20 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih murah karena labu madu di toko modern harganya bisa mencapai antara Rp 50-70 ribu per kilogram.
Bupati Purbalingga Tasdi memberikan apresiasi atas upaya kelompok tani Bangkit Lestari. Bupati mengatakan pemerintah siap untuk memfasilitasi agar program tersebut bisa terealisasi dan menjadi salah satu alternatif wisata di Purbalingga.
"Pemkab akan mendukung gagasan pengembangan agrowisata petik buah di Desa Pekuncen ini," katanya.