Liputan6.com, Cirebon - Selain keraton, Gua Sunyaragi merupakan salah satu situs peninggalan sejarah Cirebon yang menjadi kebanggaan masyarakat pantai utara (pantura) Jawa Barat. Bangunan yang terletak di Taman Sari Kampung Sunyaragi ini sebagian besar terbuat dari batu karang dan batu bata ini masih berdiri kokoh.
Bangunan ini juga menjadi saksi perjuangan masyarakat Cirebon saat melawan penjajah Belanda baik pada fase Kasultanan Cirebon maupun setelah kemerdekaan RI.
Situs ini memiliki luas sekitar 1,8 hektare di zona inti, dan 3,8 hektare di zona penyangga. Gua Sunyaragi juga dibangun sebagai pesan dan simbol keberagaman masyarakat Cirebon.
Baca Juga
Namun, mungkin banyak yang belum mengetahui bagaimana asal usul berdirinya Gua Sunyaragi. Salah seorang pengelola Gua Sunyaragi, Jajat Sudrajat, menuturkan, Gua Sunyaragi dibangun melalui tiga fase kesultanan.
Fase pertama pada 1596 oleh Sultan Cirebon pertama PRA Zaenal Arifin, fase kedua pada 1702 saat kesultanan Cirebon dipimpin Adipati Arya Cirebon. Masuk di fase ketiga tahun 1783 sampai 1786 oleh Pangeran Raja Safiudin atau Sultan Matangaji.
"Taman Air Gua Sunyaragi sebenarnya merupakan taman tempat bermainnya putra putri dan keluarga Kasultanan Cirebon," tutur Jajat, Senin 5 Juni 2017.
Nama lain dari Taman Air Gua Sunyaragi adalah Taman Kaputren Panyepi Ing Raga. Artinya, tempat menyucikan diri dan jiwa dari keramaian dunia.
Dilihat dari segi fisik, bangunan Gua Sunyaragi yang berdiri tegak itu didominasi batu karang dan batu bata. Dia menuturkan, bangunan Gua Sunyaragi mengadopsi bangunan di kerajaan Majapahit dengan ciri khas kosot (tempelan bata yang digosok).
Ide pembangunan Gua Sunyaragi tersebut dari salah satu arsitek Raden Sepat yang merupakan keturunan kerajaan Demak. Dia mengatakan, dahulu orang tidak mengenal batu karang, tapi orang lebih mengenal wadas atau batu yang keras.
"Karena dalam membangun Gua Sunyaragi tidak ada unsur besi atau semen jadi hanya pakai tanah liat dan bebekan batu bata. Jadi batu karang salah satu tekniknya ditempelkan kosot. Tahun 1783 sampai 1788 sudah mengenal kapur dan jadilah Gua Argajumut yang memiliki campuran kapur," kata dia.
Dia menuturkan, pembangunan Gua Sunyaragi tersebut sebagai pengganti dari taman kaputren di Gunung Sembung yang dijadikan makam Sunan Gunung Jati. Konon, jauh sebelum Cirebon berdiri, Gua Sunyaragi ini menjadi tempat ritual Mandi Gangga pada zaman kerajaan Indra Prahasta.
Diyakini, lokasi Gua Sunyaragi tersebut karena kawasan tersebut merupakan muara dari sungai besar zaman kerajaan Indra Prahasta. Lokasi yang kini berada di Rw 02 Taman Sari Sunyaragi Kota Cirebon itu menjadi tempat Mandi Gangga kerajaan Indra Prahasta.
Advertisement
"Dulu tempat ini dinamakan Segara Amparan Jati karena kawasan ini banyak air dan sekelilingnya hutan jati," sebut Jajat.