Liputan6.com, Yogyakarta - Rektor UGM (Universitas Gadjah Mada) Panut Mulyono memaparkan strategi praktis universitasnya menangkal aliran radikal. Apalagi, UGM telah mendeklarasikan diri sebagai Universitas Pancasila sepekan yang lalu.
Lantaran itulah, UGM sedang menformulasikan agar Pancasila masuk ke dalam pendidikan. "Artinya, apa yang kita sampaikan dalam pendidikan kita," ucap Panut saat buka puasa bersama di Ruang Bulaksumur University Club (UC) UGM, Senin sore, 5 Juni 2017.
Menurut Rektor UGM yang baru terpilih tersebut, Pancasila tidak hanya diucapkan. Namun, Pancasila mengajari secara konkret supaya bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia pun tak menampik saat ini belum ada metodologi kuliah yang baku. Hanya saja, setiap dosen diimbau memasukkan nilai Pancasila dalam pengajaran. Misalnya, bercerita tentang ketimpangan ekonomi dan kesesuaiannya dengan Pancasila atau bercerita tentang perjuangan para tokoh pahlawan.
Baca Juga
"UGM juga mendengar dari wali kota, bupati berbagai daerah, ini menjadi bentuk praktik mendengar dari daerah agar kami bisa membantu daerah," ujar Panut.
Terkait aliran radikal, Rektor UGM terpilih periode 2017-2022 ini juga menerapkan dan meneruskan sejumlah kebijakan. Di antaranya, penyelenggaraan kegiatan inisiasi kampus dipegang langsung oleh universitas, sehingga tidak memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk mengadakan ospek sendiri, serta penataan mata kuliah agama Islam.
Dengan demikian nilai-nilai yang diajarkan sesuai dengan misi pendidikan dan tidak ada unsur radikalisme. Selain itu, universitas juga mengambil alih pengelolaan Masjid Kampus UGM.
"Membentuk badan pengelola masjid, takmir, sehingga sesuai dengan Islam yang rahmatan lil 'alamin, agama untuk kebaikan bersama," kata Rektor UGM tersebut
Advertisement
Â