Liputan6.com, Manado - Selain momen Pilkada, menyambut hari-hari besar keagamaan merupakan waktu di mana uang palsu paling banyak beredar. Terkait itu, Bank Indonesia (BI) mengimbau kepada masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) agar waspada dengan peredaran uang palsu jelang Lebaran 2017.
"Seiring meningkatnya transaksi uang tunai di masyarakat jelang Lebaran, agar selalu waspada terhadap resiko peredaran uang palsu," kata Kepala BI Perwakilan Sulut, Soekowardojo, Selasa 6 Juni 2017.
Dia mengatakan, sejak awal tahun hingga periode Mei 2017, temuan uang palsu di Sulut sebanyak 231 lembar. Terdiri dari 172 lembar pecahan 100.000, 57 lembar pecahan 50.000 dan dua lembar pecahan 20.000.
"Temuan ini paling banyak didapat oleh perbankan dan sebagian lagi laporan dari masyarakat," ucap dia.
Soekowardojo menjelaskan, masyarakat diharapkan mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan cara 3D, yaitu Dilihat, Diraba, dan Diterawang.
Begitu juga kepada masyarakat untuk selalu menyanyangi uang Rupiah dengan tidak memperlakukan uang Rupiah seperti dilipat, diremas, dibasahi atau di straples.
Baca Juga
"Masyarakat tidak perlu resah namun harus selalu meningkatkan kewaspadaan, mengingat perkembangan peredaran uang palsu tidak terlalu signifikan," kata dia.
Menghadapi Lebaran 2017, pihak BI Sulawesi Utara memproyeksikan kebutuhan uang tunai Manado dan sekitarnya menghadapi Lebaran dan Idul Fitri 2017 capai Rp 1,46 triliun. Untuk itu BI tahun ini menyiapkan uang kartal hingga Rp 2 triliun.
"Jadi dibagi atas kebutuhan Sulawesi Utara Rp 1,47 triliun dan Gorontalo Rp 500 miliar, jadi total yang disiapkan Bank Indonesia 2 triliun," ujar Soekorwardojo.
Hitung-hitungan BI didasari pada data historis kebutuhan uang kartal 7 tahun terakhir. Tahun lalu misalnya, kebutuhan masyarakat mencapai Rp 1,45 triliun. Dari situ BI menyimpulkan pada Lebaran dan Idul Fitri 1438/2017 warga Sulut dan Gorontalo akan membutuhkan dana hingga Rp 1,97 triliun atau meningkat 35 persen.
"Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan uang kartal masyarakat adalah pembayaran gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara, libur hari raya bertepatan masa liburan sekolah sehingga hari libur lebih panjang dari tahun sebelumnya serta tingginya minat masyarakat terhadap uang tahun emisi 2016," jelas dia.
Soekorwardojo mengungkapkan, BI ikut memproyeksi kebutuhan uang kartal tersebut yang akan didominasi pecahan besar atau di atas Rp 20 ribu, hingga 93 persen. Sementara uang pecahan kecil sisanya 7 persen.
"Mengingat kebutuhan terus meningkat, skema distribusi pecahan uang tunai sudah disiapkan," ujar Soekorwardojo.