Liputan6.com, Kulon Progo - Penyebaran leptospirosis di Yogyakarta terdeteksi meluas pada tahun ini. Tidak hanya di areal persawahan, penyakit yang dibawa melalui urine tikus itu juga menyebar ke kawasan pegunungan.
Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo, Bambang Haryatno mengatakan, penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira itu sudah tercatat 54 kasus di Kulon Progo. Bahkan, tujuh pasien di antaranya meninggal dunia.
Berdasarkan uji sampel penelitian dari bagian pohon kelapa di sebuah kecamatan, ditemukan bakteri penyebab leptospirosis.
"Ada tujuh titik yang menjadi lokasi survei penelitian leptospirosis dan penyakit lain yang disebabkan nyamuk, dan kelelawar. Seperti di Kecamatan Kokap, Girimulyo, Temon, Sentolo. Survei bersama dengan Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit, berpusat di Salatiga," ujarnya, Rabu, 7 Juni 2017.
Baca Juga
Advertisement
Bambang mengatakan kasus leptopirosis ditemukan di Kecamatan Nanggulan dan Girimulyo, Kulon Progo, yang berbatasan dengan Minggir dan Moyudan, Kabupaten Sleman, yang merupakan endemik leptopirosis.
Penyakit leptospirosis sebenarnya dapat disembuhkan jika pasien lekas mendapat penanganan. Namun, banyak warga yang merasakan gejalanya terlambat mengetahui jika telah terjangkit leptospirosis.
"Mencegah leptospirosis itu yang terpenting masyarakat menerapkan Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Misalnya kalau mau makan, cuci tangan, atau mandi setelah bepergian," ujarnya.
Sementara itu Camat Kokap, Mitoto mengatakan, untuk menanggulangi penyebaran penyakit leptospirosis, pihaknya gencar menyosialisasikan PHBS kepada masyarakat. Menurutnya, penyakit leptospirosis dan penyakit lainnya, bisa dicegah asal menerapkan PHBS.
"Walaupun tinggal di kampung, harus tetap menjaga kebersihan dan gaya hidup sehat. Percuma, kalau misalnya hidup di kota tapi tidak menerapkan PHBS, akan terjangkit penyakit juga," kata dia.