Sukses

6 Peneliti Jambi Selidiki Bangkai Kapal Kaisar Jepang

Kapal Ashigara, kapal peninggalan Perang Dunia II ini disebut tenggelam saat membawa puluhan ton emas.

Liputan6.com, Jambi - Enam peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi, pada Kamis, 8 Juni 2017, menuju Selat Bangka. Mereka akan meneliti keberadaan bangkai Kapal Ashigara milik kekaisaran Jepang.

Kapal Ashigara merupakan kapal penjelajah yang diduga kuat tenggelam di perairan Selat Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung (Babel), saat terjadi Perang Dunia II.

Pengelola Bagian Data, BPCB Jambi, Listiyani mengatakan, enam peneliti tersebut telah diberangkatkan sejak Kamis pagi menuju Selat Bangka.

Di sana, para peneliti ini akan bergabung dengan tim gabungan yang terdiri dari TNI AL, Pemprov Babel, Pemkab Bangka Barat, Polairud, Polda Babel, dan organisasi Emas Diving Club Babel.

"Tim gabungan itu akan saling mendukung karena memiliki kompetensi dan profesionalisme masing-masing," ujar perempuan yang akrab disapa Ibu Lis ini.

Salah satu peneliti yang diberangkatkan dari BPCB Jambi adalah Agus Sudaryadi. Ia sudah berpengalaman serta mengikuti sejumlah pelatihan dalam penelitian benda-benda bersejarah dalam laut.

"Kalau ingin tahu lebih dalam soal kegiatan ini hubungi beliau saja yang tahu dan ada di lapangan," ucap Ibu Lis.

Melalui pesan WhatsApp, Agus Suryadi mengatakan, penelitian itu akan dilakukan dengan cara menyelam dari 8 Juni hingga 13 Juni 2017. Pada hari pertama, penyelaman terpaksa dihentikan karena arus yang cukup deras. Rencananya akan dilanjutkan esok hari.

"Penelitian ini untuk memastikan Kapal Ashigara aman-aman saja karena ada kegiatan pembersihan alur pelayaran," ucap Agus.

Bawa Puluhan Ton Emas?

Kapal Ashigara sudah banyak dibicarakan. Pada April 2017 lalu, Ketua DPRD Bangka Barat, Hendra Kurniady pernah mengatakan akan keberadaan Kapal Ashigara di Selat Bangka atau perairan Muntok.

Menurut dia, berdasarkan cerita orang lama, kapal milik Kaisar Jepang itu tenggelam saat mengangkut puluhan ton emas. Tak hanya itu, kapal tersebut juga dilengkapi perlengkapan senjata yang memadai.

Sementara dari sejumlah catatan sejarah, Kapal Ashigara merupakan kapal penjelajah berat kelas Myoko, sebutan divisi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Nama Ashigara diambil dari sebuah nama gunung di perbatasan Kanagawa dan Shizuoka yang juga disebut Gunung Kintoki.

Pembuatannya pada 1922 dan diluncurkan tahun 1928. Kapal Ashigara ini memiliki bobot 13.500 ton, panjang 203,76 meter, balok 19 meter, rangka 5,03 meter dan mampu mengarungi lautan dengan kecepatan maksimal 35,5 knot. Kapal ini juga disebut bisa ditumpangi satu buah pesawat terbang.

Tak hanya itu, Ashigara juga dipersenjatai dengan 10 senapan 203 mm, delapan senapan 127 mm, dua senapan mesin 13 mm, dan 12 tabung torpedo berukuran 610 mm.

Sebelum menemui "ajal" dan karam di Selat Bangka, Ashigara berangkat dari Batavia (nama Jakarta saat penjajahan Belanda)) menuju Singapura pada 8 Juni 1945. Konon, kapal tersebut membawa 1.600 tentara dengan dikawal satu kapal perusak bernama Kamikaze.

Sesampainya di Selat Bangka, kedua kapal Jepang ini mendapat serangan dari tiga kapal perang milik sekutu yakni Kapal Blueback, Trenchant dan Stygian. Ashigara akhirnya kandas usai dihantam torpedo. Komandan Laksamana Muda Hayao Miura bersama 400 tentara dan 853 kru berhasil diselamatkan oleh Kapal Kamikaze.

Â