Sukses

Malam Selikuran, Tradisi Kuno Keraton Solo Sambut Lailatul Qadar

Ada seribu tumpeng dibagikan dalam malam selikuran yang digelar Keraton Solo.

Liputan6.com, Solo - Setiap memasuki malam ke-21 Ramadan, Keraton Solo selalu menggelar prosesi malam selikuran yang ditandai dengan kirab seribu tumpeng. Nasi tumpeng selanjutnya dirayah para abdi dalem maupun masyarakat. Mereka meyakini, bahwa tumpeng tersebut membawa berkah bagi yang memperolehnya.

Seribu tumpeng yang di wadah ancak cantaka itu diletakkan di atas lantai salah satu ruang di dalam tembok keraton. Ancak cantaka merupakan wadah berbentuk kotak yang terbuat dari kayu.

Para ulama keraton yang mengenakan pakaian beskap berwarna putih lengkap dengan blangkon dan jarik, sibuk membacakan doa untuk tumpeng yang akan dibagikan kepada warga dan abdi dalem.

Setelah doa selesai dipanjatkan, satu per satu barisan abdi dalem dan prajurit keluar dari pintu Kori Kamandungan yang menghadap ke utara. Barisan pertama merupakan korps drumband prajurit keraton, yang disusul dengan iring-iringan prajurit dari delapan bergodo.

Salah satu tumpeng dari seribu tumpeng yang diarak, dipapah oleh para abdi dalem kraton surakarta untuk didoakan. (foto : Liputan6.com/fajar abrori)

Barisan abdi dalem yang memikul ancak cantaka berisi tumpeng lalu ke luar. Setiap dua orang memikul dua ancak cantaka yang dipasang dalam tatanan dua bambu ukuran kecil yang memanjang. Para abdi dalem secara bergantian mengusung puluhan ancak cantaka dalam kirab tersebut.

Selain iring-iringan seribu tumpeng, dalam kirab tersebut juga mengarak lampion serta lampu ting. Terdapat dua replika lampion berukuran besar yang diusung dalam kirab tersebut, yakni lampion lambang keraton dan ‎lampion rajamala. Suasana kirab yang digelar malam hari menyebabkan lampion tersebut mengeluarkan pendar cahaya.

Untuk mengarak seribu tumpeng, Keraton Solo juga mengerahkan para abdi dalem yang memainkan rebana selawat. Di belakangnya, terdapat rombongan abdi dalem yang memikul gamelan corobalen dan ditabuh selama arak-arakan kirab seribu tumpeng berlangsung.

Prosesi malam selikuran kali ini berbeda dengan Ramadan tahun sebelumnya. Jika tahun lalu rute kirab dari keraton menuju Masjid Agung yang hanya berjarak sekitar 600 meter, kini rutenya dialihkan dari keraton menuju Kebonrojo Sriwedari yang berjarak sekitar 3 kilometer. Rute itulah yang dilakukan pada masa Raja Paku Buwono X.

"Rute kirab seribu tumpeng saat ini dikembalikan seperti rute di masa pemerintahan Paku Buwono X yang mengambil rute dari keraton ke Sriwedari," ujar Humas Keraton Solo, KP Bambang Pradotonagoro.

Setibanya, iring-iringan prosesi kirab malam selikuran dengan membawa seribu tumpeng tiba di Sriwedari. Selanjutnya wadah ancak cantaka yang berisi bungkusan seribu nasi tumpeng itu langsung diletakkan di lantai Joglo Sriwedari. Para ulama dan abdi dalem duduk bersila mengelilingi nasi tumpeng tersebut. 

 

2 dari 2 halaman

Habis dalam 7 Menit

Tak hanya abdi dalem, masyarakat umum juga turut hadir dalam prosesi itu. Setelah dilakukan serah terima seribu tumpeng, ulama keraton langsung memanjatkan doa.

Begitu doa selesai dibaca, para abdi dalem dan masyarakat umum langsung merangsek maju untuk mendapatkan nasi tumpeng. Mereka percaya nasi tumpeng tersebut memiliki tuah. Tak pelak, hanya dalam hitungan tak lebih dari tujuh menit, seribu tumpeng habis dirayah warga.

‎Salah satu abdi dalem dari Sragen, Hadipuro mengaku sangat senang bisa mendapatkan nasi tumpeng dalam malam selikuran ini. Pasalnya, nasi tumpeng dipercaya membawa berkah bagi yang menerimanya. Untuk itu, nasi tumpeng tersebut akan dibawa pulang untuk dimakan bersama dengan anggota keluarga lainnya.

"Lumayan dapat nasi tumpeng dua bungkus. Dengan nasi tumpeng ini dipercaya akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Semoga mendapatkan berkah keselamatan, keberuntungan, sehat, panjang umur dan rezeki lancar," kata dia, Kamis malam, 15 Juni 2017.

Gamelan Kraton ikut mengarak tumpeng menyambut Lailatul Qodar (foto : Liputan6.com/fajar abrori)

Hal senada juga diungkapkan oleh Rukini, yang merupakan warga Prambanan. Nasi tumpeng yang berisi nasi gurih, timur, dele hitam, dan cabai hijau tersebut dipercaya membawa berkah bagi siapa saja yang mendapatkan. Di malam selikuran itu, ia berhasil mendapat bagian tiga bungkus nasi tumpeng.

"Saya percaya yang mendapatkan tumpeng akan memperoleh berkah dari Allah SWT. Semoga berkah, tambah rejeki, selamat dan panjang umur serta selamat dan sukses hingga tujuh turunan," ucapnya.

Â