Liputan6.com, Bitung - Memperkuat pengawasan wilayah perairan di perbatasan Sulawesi Utara dan Filipina, pihak TNI AL menambah kekuatan armadanya. Sedikitnya ada enam kapal dari Komando Armada Timur (Koartim) Surabaya yang diarahkan ke perbatasan Sulut-Filipina.
"Ini belum termasuk unsur kita di Bitung, seperti tiga buah kapal ditambah satu kapal selam," ucap Kadispen Lantamal VIII Manado, Mayor Laut Dedy Irawan, Rabu (21/6/2017).
Dia mengatakan, peningkatan aktivitas pengawasan di perairan Sulawesi itu menyusul memanasnya situasi politik dan keamanan di Filipina Selatan. "Sehingga wilayah kepulauan dan perairan Sulawesi Utara ini menjadi fokus perhatian kita," kata Dedy.
Dermaga Satuan Keamanan Laut (Satkamla) Bitung menjadi tempat merapatnya sejumlah armada kapal untuk mengisi logistik. Contohnya, KRI Slamet Riyadi sejak akhir pekan lalu sandar di Bitung.
"Iya, mereka laksanakan penambahan logistik dan lanjut operasi perbatasan dengan unsur-unsur yang ada," ujar Dedy.
Baca Juga
Advertisement
Kehadiran KRI Slamet Riyadi cukup menarik perhatian warga Bitung. Dikelilingi sejumlah kapal besar dan kecil, KRI Slamet Riyadi terlihat gagah dengan warna biru campur hitam. Pada bagian depan terpasang meriam dan rudal di kiri kanan kapal dan dilengkapi bendera Merah Putih.
Komandan KRI Slamet Riyadi, Kolonel Laut Ashari mengatakan, kapal itu patroli setiap hari. "Kami belum tahu sampai kapan berada di Bitung atau perairan Sulawesi. Sampai ada perintah selanjutnya," ujar dia.
Ashari mengatakan, kapal itu kebetulan bertugas di Sulut ketika peristiwa Marawi terjadi. "Ketika ada peristiwa Marawi, ya kita fokuskan ke sana. Tapi sebenarnya ini patroli rutin saja. Setiap kapal memiliki jadwalnya masing-masing," kata dia.
Kejadian di Marawi, Filipina Selatan, membuat pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah antisipatif. Bahkan, Menkopolhukam Wiranto sempat menggelar rapat koordinasi di Manado, pekan lalu. Tak hanya pihak TNI AL, pengawasan wilayah perbatasan juga dilakukan oleh TNI AU, dan TNI AD, bahkan Polri.